Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Allah lebih senang dengan pertobatan hamba-Nya daripada siapa pun di antara kamu yang senang menemukan untanya yang telah hilang di padang gurun. “
Keunggulan Taubat
Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari (6309) menggambarkan rahmat ilahi yang sangat besar yang Allah berikan kepada orang-orang beriman yang bertaubat. Nabi Muhammad (ﷺ) menggunakan analogi yang mendalam yang dapat dipahami oleh orang Arab yang tinggal di gurun, membandingkan kegembiraan Allah atas taubat seorang hamba dengan kelegaan luar biasa seorang musafir saat menemukan kembali untanya yang hilang.
Komentar Ilmiah
Unta mewakili kelangsungan hidup tertinggi dalam kondisi gurun - membawa persediaan, transportasi, dan kekayaan. Kehilangannya berarti bahaya yang pasti, sementara penemuannya membawa kegembiraan yang tak tertandingi. Namun, kepuasan Allah atas taubat jauh melampaui analogi duniawi ini, menunjukkan sifat rahmat ilahi yang tak terbatas.
Ajaran ini menekankan bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk pengampunan Allah ketika disertai dengan taubat yang tulus (tawbah). Perbandingan ini menyoroti baik besarnya rahmat Allah maupun pentingnya yang Dia tempatkan dalam membimbing hamba-hamba-Nya kembali kepada kebenaran.
Implikasi Praktis
Hadis ini mendorong orang beriman untuk tidak pernah putus asa dari rahmat Allah, terlepas dari pelanggaran mereka. Ini menginspirasi untuk segera kembali kepada Allah setelah melakukan dosa, dengan keyakinan penuh akan penerimaan-Nya terhadap taubat yang tulus.
Ajaran ini juga menumbuhkan kerendahan hati, mengingatkan kita bahwa sama seperti musafir tidak membanggakan diri karena menemukan untanya melainkan merasa lega yang bersyukur, demikian pula pendosa yang bertaubat harus mendekati Allah dengan rasa syukur daripada kebanggaan atas taubatnya.