(Nabi) Salomo berkata, "Malam ini aku akan tidur dengan sembilan puluh istriku, yang masing-masing akan mendapatkan seorang anak laki-laki yang akan berjuang untuk Jalan Allah." Atas hal itu, temannya (Sufyan mengatakan bahwa temannya adalah seorang malaikat) berkata kepadanya, "Katakanlah, "Jika Allah menghendaki." Tetapi Salomo lupa (untuk mengatakannya). Dia tidur dengan semua istrinya, tetapi tidak ada seorang pun dari wanita yang melahirkan seorang anak, kecuali seorang yang melahirkan anak laki-laki tiri. Abu Huraira menambahkan: Nabi (ﷺ) bersabda, "Jika Salomo berkata, "Jika Allah menghendaki" (insya Allah), dia tidak akan gagal dalam tindakannya, dan akan mencapai apa yang dia inginkan." Suatu kali Abu Huraira menambahkan: Allah rasul bersabda, "Jika dia menerima."
Penebusan untuk Sumpah yang Tidak Terpenuhi - Sahih al-Bukhari 6720
Narasi ini dari kehidupan Nabi Sulaiman berfungsi sebagai pelajaran mendalam tentang pentingnya memohon kehendak Allah dalam segala hal. Para ulama klasik menjelaskan bahwa Sulaiman (semoga damai menyertainya), meskipun seorang nabi, diingatkan akan keterbatasan manusia dan ketergantungan mutlak pada ketetapan Ilahi.
Signifikansi Teologis dari "Insha'Allah"
Para ulama menekankan bahwa lupa mengucapkan "Insha'Allah" (jika Allah menghendaki) merupakan bentuk halus dari mengandalkan perencanaan sendiri tanpa pengakuan yang tepat terhadap kehendak Ilahi. Insiden ini menetapkan sunnah untuk mengkondisikan semua niat masa depan dengan frasa ini.
Ibn Hajar al-Asqalani berkomentar dalam Fath al-Bari bahwa niat Sulaiman murni - untuk menghasilkan pejuang bagi tujuan Allah - namun penghilangan "Insha'Allah" menunjukkan perlunya menggabungkan niat baik dengan etika Islam yang tepat.
Implikasi Hukum dan Spiritual
Mazhab Hanafi menyimpulkan dari hadis ini bahwa sumpah yang dikondisikan pada kemampuan masa depan memerlukan penyebutan "Insha'Allah" untuk keabsahannya. Ulama Maliki menggunakannya untuk menekankan pentingnya kerendahan hati di hadapan ketetapan Allah.
Al-Qurtubi mencatat bahwa "anak setengah" yang disebutkan melambangkan hasil yang tidak lengkap ketika kita hanya mengandalkan perencanaan sendiri tanpa penyerahan yang tepat pada kehendak Ilahi, berfungsi sebagai pengingat abadi bagi umat Muslim.