Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Contoh petunjuk dan pengetahuan yang Allah kirimkan kepadaku seperti hujan lebat yang turun di bumi, beberapa di antaranya adalah tanah subur yang menyerap air hujan dan menghasilkan tumbuh-tumbuhan dan rumput yang berlimpah. (Dan) bagian lain dari itu keras dan menampung air hujan dan Allah memberi manfaat kepada orang-orang dengan air hujan dan mereka menggunakannya untuk minum, membuat hewan-hewan mereka minum darinya dan untuk irigasi tanah untuk budidaya. (Dan) sebagian dari itu tandus yang tidak dapat menahan air atau menghasilkan tumbuh-tumbuhan (maka tanah itu tidak memberi manfaat). Yang pertama adalah contoh orang yang memahami agama Allah dan mendapat manfaat (dari ilmu) yang telah diturunkan Allah melalui saya (para Nabi dan belajar dan kemudian mengajar orang lain. Contoh terakhir adalah seseorang yang tidak peduli dan tidak menerima petunjuk Allah yang diwahyukan melalui saya (Dia seperti tanah tandus itu.)"
Tafsir Hadis tentang Ilmu
Hadis yang mendalam dari Sahih al-Bukhari (79) ini menyajikan analogi komprehensif yang menggambarkan bagaimana berbagai orang menerima ilmu ilahi. Nabi Muhammad (ﷺ) membandingkan bimbingan dan ilmu yang dikirim oleh Allah dengan hujan deras yang jatuh di atas tiga jenis tanah.
Tiga Jenis Tanah
Jenis Pertama: Tanah subur yang menyerap air hujan dan menghasilkan vegetasi berlimpah - mewakili mereka yang memahami agama Allah, mendapat manfaat dari ilmu, mempelajarinya dengan teliti, dan kemudian mengajarkannya kepada orang lain.
Jenis Kedua: Tanah keras yang menahan air hujan - melambangkan mereka yang melestarikan ilmu dan memungkinkan orang lain mendapat manfaat darinya untuk kebutuhan spiritual mereka, meskipun mereka mungkin tidak menghasilkan ilmu tambahan sendiri.
Jenis Ketiga: Tanah tandus yang tidak menahan air maupun menghasilkan vegetasi - menggambarkan mereka yang tidak menerima bimbingan ilahi maupun mendapat manfaat darinya, tetap tandus secara spiritual.
Komentar Ilmiah
Ulama klasik menjelaskan bahwa hadis ini menekankan hierarki pencari ilmu. Kategori tertinggi terdiri dari mereka yang memahami, menerapkan, dan menyebarkan ilmu. Kategori menengah mencakup mereka yang melestarikan dan berbagi ilmu. Kategori terendah terdiri dari mereka yang menolak bimbingan ilahi sepenuhnya.
Ibn Hajar al-Asqalani berkomentar bahwa analogi ini menunjukkan sifat komprehensif dari bimbingan kenabian, yang menguntungkan semua ciptaan sesuai dengan kapasitas mereka untuk menerimanya, sama seperti hujan menguntungkan berbagai jenis tanah sesuai dengan sifatnya.