حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ، قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏"‏ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا، يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا ‏"‏‏. قَالَ الْفِرَبْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan 'Abdullah bin 'Amr bin Al-'As

Saya mendengar Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) berkata, "Allah tidak mengambil ilmu, dengan mengambilnya dari (hati) umat, tetapi mengambilnya dengan kematian orang-orang terpelajar yang beragama sampai ketika tidak ada (orang-orang terpelajar agama) yang tersisa, orang-orang akan mengambil sebagai pemimpin mereka orang-orang bodoh yang ketika dikonsultasikan akan memberikan keputusannya tanpa pengetahuan. Jadi mereka akan tersesat dan akan menyesatkan orang-orang."

Comment

Eksposisi Hadis

Narasi mendalam dari Sahih al-Bukhari 100 ini mengungkapkan metodologi ilahi di mana pengetahuan agama berkurang dari bumi. Allah tidak secara tiba-tiba mengambil pengetahuan dari hati, melainkan mengizinkan hilangnya secara bertahap melalui kematian alami para ulama.

Penghilangan Pengetahuan Secara Bertahap

Pelestarian pengetahuan Islam bergantung pada pembawanya - para ulama yang mewujudkannya melalui pemahaman mendalam dan praktik yang benar. Ketika para tokoh terang ini pergi tanpa penerus yang memadai, pengetahuan secara efektif pergi bersama mereka.

Proses ini menunjukkan kebijaksanaan Allah dalam mengizinkan penyebab alami daripada intervensi ajaib untuk mewujudkan realitas ini, menjadikannya ujian bagi komunitas untuk mengenali dan menghargai ulama mereka.

Konsekuensi dari Penipisan Ulama

Hadis ini menggambarkan skenario yang mengkhawatirkan di mana individu yang tidak berpengetahuan menduduki posisi kepemimpinan. Tanpa pelatihan agama yang tepat, mereka mengeluarkan putusan agama (fatāwa) berdasarkan opini daripada pengetahuan, jatuh ke dalam kesalahan sendiri dan menyesatkan orang lain.

Ini menciptakan siklus kesesatan di mana setiap generasi menjadi semakin jauh dari ajaran Islam yang otentik, akhirnya menjauhkan komunitas dari jalan yang lurus.

Tanggung Jawab Ulama

Narasi ini menekankan pentingnya kritis mencari pengetahuan dari ulama yang berkualifikasi dan kewajiban komunal (farḍ kifāyah) untuk menghasilkan generasi baru orang-orang berilmu.

Ini berfungsi sebagai peringatan terhadap mengambil bimbingan agama dari sumber yang tidak berkualifikasi dan menekankan perlunya memverifikasi kredensial mereka dari siapa kita mencari pemahaman agama.