حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ، قَالَ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ، قَالَ أَخْبَرَنِي مَنْصُورٌ، قَالَ سَمِعْتُ رِبْعِيَّ بْنَ حِرَاشٍ، يَقُولُ سَمِعْتُ عَلِيًّا، يَقُولُ قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ لاَ تَكْذِبُوا عَلَىَّ، فَإِنَّهُ مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ فَلْيَلِجِ النَّارَ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Riwayat Anas

Fakta yang menghentikan saya untuk meriwayatkan banyak hadis kepada Anda adalah bahwa Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda: "Barangsiapa dengan sengaja berbohong terhadap saya, maka (pasti) biarlah dia menduduki tempat duduknya di api neraka."

Comment

Amanah Suci Narasi Kenabian

Pernyataan mendalam ini, yang tercatat dalam Sahih al-Bukhari, mencerminkan perhatian teliti dan tanggung jawab spiritual yang dilakukan oleh Para Sahabat saat menyampaikan kata-kata dan tindakan Nabi Muhammad (ﷺ). Pembicara menunjukkan kesalehan teladan dengan membatasi narasinya karena takut salah mewakili Utusan Allah.

Sifat Serius Pemalsuan

Hadis yang dirujuk menetapkan bahwa dengan sengaja mengaitkan pernyataan palsu kepada Nabi (ﷺ) merupakan salah satu dosa terberat dalam Islam, yang mengharuskan hukuman abadi di Neraka. Peringatan keras ini berfungsi sebagai perlindungan ilahi untuk kemurnian ajaran Islam.

Para ulama menjelaskan bahwa larangan ini berlaku khusus untuk kebohongan yang disengaja, bukan kesalahan jujur dalam transmisi. Pembohong yang sengaja melawan Nabi kehilangan bagiannya di Akhirat dan memutus hubungannya dengan bimbingan wahyu.

Kebijaksanaan Metodologis dalam Transmisi Hadis

Penahanan pembicara menggambarkan prinsip "ittisā'" (kehati-hatian) yang mencirikan ilmuwan Muslim awal. Alih-alih menarasikan secara berlimpah, Para Sahabat memprioritaskan akurasi dan verifikasi, membangun fondasi untuk ilmu kritik Hadis yang ketat.

Pendekatan ini memastikan bahwa hanya tradisi otentik yang akan membentuk dasar hukum dan akidah Islam, melindungi agama dari korupsi dan inovasi sepanjang generasi.