Nabi (صلى الله عليه وسلم) berkata kepadaku selama Haji-al-Wida': Biarlah orang-orang diam dan mendengarkan. Kemudian dia berkata (berbicara kepada orang-orang), "Janganlah kamu (menjadi) kembali kepada kekufuran setelah aku dengan memukul leher (memotong leher) satu sama lain (saling membunuh).
Komentar Hadis: Larangan Saling Membunuh
Narasi mendalam dari Sahih al-Bukhari (Kitab: Ilmu, Hadis: 121) ini disampaikan selama Haji Perpisahan, momen yang sangat penting dalam sejarah Islam. Nabi Muhammad (ﷺ) memerintahkan keheningan untuk memastikan nasihat terakhirnya sampai kepada semua yang hadir dengan kejelasan dan otoritas mutlak.
Signifikansi Kontekstual
Haji Perpisahan menandai penyempurnaan pesan Islam. Instruksi Nabi untuk "biarkan orang-orang diam dan mendengarkan" menekankan keseriusan dari apa yang menyusul. Ini bukan nasihat biasa tetapi panduan mendasar untuk menjaga integritas komunitas Muslim setelah kepergiannya.
Waktunya mengungkapkan kebijaksanaan ilahi - menyampaikan peringatan ini ketika seluruh komunitas Muslim berkumpul selama haji memastikan jangkauan dan dampak maksimal, menjadikannya perjanjian kolektif yang mengikat semua orang beriman.
Interpretasi Ilmiah
Sarjana klasik seperti Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan bahwa "kembali kepada kekafiran" melalui saling membunuh merujuk pada tindakan yang mengarah pada keadaan spiritual kekafiran, bahkan jika pelakunya tetap dalam lipatan Islam secara nominal. Gambaran "memukul leher" dengan kuat menyampaikan keseriusan Muslim saling membunuh satu sama lain.
Imam al-Nawawi menekankan bahwa hadis ini menetapkan kesucian hidup Muslim dan dosa besar mengambilnya secara tidak sah. Larangan ini melampaui pembunuhan fisik untuk mencakup pembunuhan karakter, menyebarkan fitnah (perselisihan), dan tindakan apa pun yang menghancurkan harmoni komunitas.
Implikasi Hukum dan Spiritual
Narasi ini membentuk dasar untuk keputusan Islam yang melarang perang saudara, pemberontakan terhadap otoritas yang sah tanpa alasan yang adil, dan segala bentuk kekerasan yang mengganggu ketertiban sosial. Para ulama menyimpulkan dari ini bahwa menjaga persatuan dan kehidupan Muslim lebih diutamakan daripada banyak pertimbangan agama lainnya.
Peringatan ini menghubungkan saling membunuh dengan kekafiran karena tindakan seperti itu meniadakan persaudaraan yang Islam tegakkan di antara orang beriman. Ketika Muslim saling membunuh, mereka secara efektif menolak prinsip dasar persaudaraan Islam yang Nabi (ﷺ) usahakan tanpa lelah untuk tegakkan.
Relevansi Kontemporer
Hadis ini berfungsi sebagai pengingat abadi bagi Muslim untuk menyelesaikan perbedaan melalui dialog dan cara-cara hukum daripada kekerasan. Ini mengutuk perselisihan sektarian, perang suku, dan konflik politik yang mengakibatkan pertumpahan darah dalam komunitas Muslim.
Peringatan Kenabian tetap sangat relevan hari ini, menyeru Muslim untuk memprioritaskan persatuan, mempraktikkan toleransi, dan mengingat bahwa konflik internal merupakan pengkhianatan terhadap wasiat terakhir Nabi kepada umatnya.