Seorang pria datang kepada Nabi (صلى الله عليه وسلم) dan bertanya, "Wahai Rasulullah (صلى الله عليه وسلم)! Pertarungan macam apa yang ada di jalan Allah? (Saya menanyakan ini), karena beberapa dari kita berkelahi karena marah dan marah dan beberapa demi kesombongan dan keangkuhannya." Nabi (صلى الله عليه وسلم) mengangkat kepalanya (saat penanya berdiri) dan berkata, "Dia yang berjuang agar Firman Allah (Islam) lebih unggul, maka dia berjuang untuk jalan Allah."
Komentar Hadis: Makna Sejati Jihad
Narasi mendalam dari Sahih al-Bukhari (Kitab: Pengetahuan, Hadis: 123) ini membahas pertanyaan mendasar tentang niat dalam perang Islam. Penanya menunjukkan wawasan spiritual yang luar biasa dengan menyadari bahwa tindakan lahiriah mungkin tampak identik sementara motivasi batin berbeda secara substansial.
Kebijaksanaan Penanya
Pertanyaan sahabat ini mengungkapkan kesadaran diri yang mendalam, mengakui tiga motivasi tidak murni: amarah (ghadab), kemarahan pribadi (ghayth), dan kebanggaan suku (riya'). Ini menunjukkan penekanan Islam pada pemurnian niat sebelum melakukan tindakan signifikan.
Pertanyaannya mencerminkan ajaran bahwa perbuatan dinilai berdasarkan niat, sebagaimana ditetapkan dalam hadis terkenal: "Perbuatan hanyalah berdasarkan niat, dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang mereka niatkan."
Klarifikasi Nabi
Tanggapan Nabi, "Dia yang berperang agar Kalimat Allah menjadi unggul," menetapkan satu-satunya tujuan sah dari perang Islam: pengangkatan kebenaran ilahi (kalimat Allah). Ini mengecualikan dendam pribadi, kebanggaan nasionalistik, atau keuntungan materi.
Frasa "Kalimat Allah" secara khusus merujuk pada kesaksian iman (syahadat) dan pendirian pemerintahan Islam di mana hukum Tuhan diterapkan, bukan pemaksaan konversi individu.
Interpretasi Ulama
Ulama klasik seperti Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan bahwa hadis ini menetapkan kriteria untuk membedakan jihad sejati dari sekadar perkelahian. Tujuannya harus menegakkan keadilan ilahi dan menghilangkan hambatan dalam praktik Islam.
Imam al-Nawawi menekankan bahwa ajaran ini berlaku untuk semua bentuk perjuangan di jalan Islam, baik militer, intelektual, atau spiritual. Elemen umumnya adalah niat tulus untuk mengangkat agama Tuhan di atas semua pertimbangan lain.
Relevansi Kontemporer
Ajaran ini tetap penting bagi Muslim hari ini, mengingatkan kita bahwa setiap perjuangan yang dilakukan atas nama Islam harus dimurnikan dari agenda pribadi, ambisi politik, dan keinginan duniawi. Tujuan akhirnya tetap menjadikan bimbingan Allah sebagai yang utama dalam kehidupan individu dan kolektif.