Suatu ketika Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Di antara pohon-pohon itu ada sebatang pohon, yang daunnya tidak berguguran dan seperti seorang Muslim, katakan kepadaku nama pohon itu." Semua orang mulai berpikir tentang pepohonan di daerah gurun dan saya memikirkan pohon kurma tetapi merasa malu (untuk menjawab). Yang lain bertanya, "Ya Rasul Allah! memberi tahu kami tentang hal itu." Dia menjawab, "itu adalah pohon kurma." Saya memberi tahu ayah saya apa yang terlintas dalam pikiran saya dan kemudian dia berkata, "Seandainya Anda mengatakannya, saya akan lebih suka itu daripada hal ini dan itu yang mungkin saya miliki."
Perumpamaan Pohon Kurma
Hadis yang mendalam ini dari Sahih al-Bukhari (131) menyajikan analogi yang indah di mana Nabi Muhammad (ﷺ) membandingkan orang beriman dengan pohon yang mulia. Para ulama menjelaskan bahwa sebagaimana pohon kurma tetap hijau sepanjang musim, tidak pernah menggugurkan semua daunnya sekaligus, begitu pula seorang Muslim mempertahankan amal baik secara terus-menerus. Setiap bagian pohon kurma membawa manfaat - buahnya memberi nutrisi, batangnya memberikan perlindungan, daunnya berfungsi sebagai atap - mencerminkan bagaimana setiap aspek kehidupan seorang Muslim sejati membawa manfaat bagi orang lain.
Signifikansi Spiritual
Imam Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa keteguhan pohon kurma melawan angin melambangkan keteguhan Muslim dalam iman di tengah cobaan hidup. Akarnya yang dalam mewakili keyakinan kuat (iman), sementara tingginya yang menjulang menandakan aspirasi spiritual. Kemanisan pohon itu mencerminkan karakter menyenangkan orang beriman, dan produktivitasnya melambangkan amal dan perbuatan baik yang terus-menerus.
Al-Qurtubi mencatat bahwa sebagaimana pohon kurma tumbuh tegak menuju surga, hati seorang Muslim harus selalu beraspirasi mendekatkan diri kepada yang ilahi. Kemurnian pohon dari duri mewakili kebebasan Muslim dari sifat-sifat berbahaya, sementara buahnya yang berkelompok melambangkan komunitas orang beriman yang bersatu dalam ibadah.
Pelajaran dalam Kerendahan Hati dan Kebijaksanaan
Riwayat ini juga mengajarkan pelajaran berharga dalam perilaku. Keraguan Abdullah ibn Umar, meskipun mengetahui jawabannya, menunjukkan etika yang tepat di hadapan Nabi (ﷺ) dan orang yang lebih tua. Dorongan ayahnya Umar kemudian menunjukkan bagaimana kebijaksanaan menghargai pengetahuan yang benar di atas harta duniawi. Insiden ini menggambarkan prinsip Islam tentang menggabungkan pengetahuan dengan kerendahan hati, di mana mengenali kebenaran lebih penting daripada pengakuan pribadi.