Ketika kami sedang duduk bersama Nabi (صلى الله عليه وسلم) di masjid, seorang pria datang menunggang unta. Dia menyuruh untanya berlutut di masjid, mengikat kaki depannya dan kemudian berkata: "Siapa di antara kamu Muhammad?" Pada saat itu Nabi (صلى الله عليه وسلم) sedang duduk di antara kami (sahabatnya) bersandar pada lengannya. Kami menjawab, "Orang kulit putih ini bersandar di lengannya." Pria itu kemudian memanggilnya, "Wahai Putra Abdul Muttalib." Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Aku di sini untuk menjawab pertanyaanmu." Pria itu berkata kepada Nabi, "Saya ingin menanyakan sesuatu kepada Anda dan akan sulit untuk mempertanyakan. Jadi jangan marah." Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Tanyakan apa pun yang kamu inginkan." Orang itu berkata, "Aku bertanya kepadamu demi Tuhanmu, dan Tuhan dari orang-orang sebelum kamu, apakah Allah mengutus kamu sebagai Rasul kepada seluruh umat manusia?" Nabi (صلى الله عليه وسلم) menjawab, "Demi Allah, ya." Pria itu lebih lanjut berkata, "Saya meminta Anda demi Allah. Apakah Allah memerintahkan Anda untuk shalat lima kali dalam sehari dan malam (24 jam).? Dia menjawab, "Demi Allah, Ya." Pria itu lebih lanjut berkata, "Saya meminta Anda demi Allah! Apakah Allah memerintahkan kamu untuk berpuasa selama bulan ini (yaitu Ramadhan)?" Dia menjawab, "Demi Allah, Ya." Pria itu lebih lanjut berkata, "Saya meminta Anda demi Allah. Apakah Allah memerintahkan kamu untuk mengambil zakat (sedekah wajib) dari orang-orang kaya kita dan membagikannya kepada orang-orang miskin kita?" Nabi (صلى الله عليه وسلم) menjawab, "Demi Allah, ya." Kemudian orang itu berkata, "Aku telah percaya kepada semua yang telah diutus kepadamu, dan aku telah diutus oleh bangsaku sebagai utusan, dan aku adalah Dimam bin Tha'laba dari saudara-saudara Bani Sa'd bin Bakr."
Insiden Dimam bin Tha'laba
Riwayat ini dari Sahih al-Bukhari (Hadis 63) menyajikan pertemuan luar biasa antara Nabi Muhammad ﷺ dan Dimam bin Tha'laba, seorang utusan dari suku Bani Sa'd bin Bakr. Latar di masjid menegaskan kesucian lokasi di mana dialog mendalam ini terjadi.
Komentar Ilmiah tentang Dialog
Cara bertanya langsung pria itu menunjukkan kebiasaan Arab dalam mencari jawaban yang jelas dan tegas. Pengulangan seruannya "Demi Allah" menunjukkan keseriusannya dalam mencari kebenaran. Tanggapan tenang Nabi ﷺ meskipun nada menantang mencerminkan karakter dan kesabaran sempurnanya.
Empat pertanyaan mendasar mencakup rukun Islam: syahadat, shalat, puasa, dan zakat. Pertanyaan sistematis ini mencerminkan bagaimana mualaf mencari pemahaman komprehensif tentang kewajiban Islam.
Signifikansi Kesaksian
Penerimaan segera Dimam setelah memverifikasi ajaran inti menunjukkan kekuatan bukti yang jelas dalam Islam. Pernyataannya "Aku telah beriman pada semua yang engkau diutus dengannya" menunjukkan penyerahan total tanpa ragu-ragu.
Fakta bahwa dia datang sebagai perwakilan sukunya menunjukkan sifat komunal masyarakat Arab, di mana keputusan sering dibuat secara kolektif melalui utusan terpercaya.
Implikasi Hukum dan Spiritual
Para ulama menyimpulkan dari hadis ini kebolehan bertanya secara rinci tentang masalah agama, bahkan dengan cara langsung. Kesediaan Nabi ﷺ untuk menjawab meskipun pendekatan blak-blakan mengajarkan Muslim untuk menanggapi pertanyaan dengan kebijaksanaan dan kesabaran.
Insiden ini juga menetapkan metodologi belajar Islam melalui tanya jawab, dan menunjukkan bagaimana para Sahabat melindungi Nabi ﷺ sambil mengizinkan akses sah kepadanya.