Rasulullah (ﷺ) bersabda, "(Nabi) Ibrahim bermigrasi bersama istrinya Sarah sampai dia tiba di sebuah kota di mana ada seorang raja atau seorang tiran yang mengirim pesan, kepada Ibrahim, memerintahkannya untuk mengirim Sarah kepadanya. Maka ketika Ibrahim mengutus Sara, tiran itu bangkit, berniat untuk berbuat jahat kepadanya, tetapi dia bangun dan berwudhu dan berdoa dan berkata, 'Ya Allah! Jika aku telah percaya kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu, maka janganlah kamu memberdayakan penindas ini atas aku.' Jadi dia (raja) mengalami epilepsi dan mulai menggerakkan kakinya dengan keras. "
Teks & Konteks Hadis
Riwayat ini dari Sahih al-Bukhari 6950 menceritakan cobaan Nabi Ibrahim (Abraham) dan istrinya Sarah ketika dihadapkan oleh penguasa tiran yang berusaha merusak kehormatan Sarah melalui paksaan.
Komentar Ilmiah
Para ulama menjelaskan bahwa kejadian ini menunjukkan perlindungan Allah terhadap orang-orang saleh ketika menghadapi paksaan dan penindasan. Sarah yang segera beralih kepada Allah melalui wudhu dan sholat merupakan contoh respons yang tepat terhadap bahaya yang mengancam.
Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari mencatat bahwa serangan epilepsi raja adalah hukuman ilahi yang mencegah penindasan, menunjukkan bahwa Allah melindungi kesucian wanita beriman yang menaruh kepercayaan mereka kepada-Nya.
Al-Qurtubi menekankan bahwa hadis ini menetapkan prinsip bahwa pernyataan atau tindakan yang dilakukan di bawah paksaan yang sebenarnya dapat dimaafkan, karena Sarah dipaksa menghadap tiran itu bertentangan dengan kehendaknya.
Implikasi Hukum & Spiritual
Riwayat ini membentuk dasar prinsip hukum Islam bahwa tindakan yang dilakukan di bawah paksaan dapat dimaafkan ketika hati tetap teguh dalam iman.
Kejadian ini mengajarkan umat beriman untuk menjaga kewaspadaan spiritual melalui sholat dan zikir kepada Allah selama masa cobaan dan paksaan.
Para ulama menyimpulkan dari ini bahwa perlindungan Allah meluas kepada mereka yang dengan tulus bergantung kepada-Nya, bahkan dalam situasi yang tampaknya tanpa harapan.