حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ عَمِّهِ أَبِي سُهَيْلٍ، عَنْ أَبِيهِ، أَنَّهُ سَمِعَ طَلْحَةَ بْنَ عُبَيْدِ اللَّهِ، يَقُولُ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَإِذَا هُوَ يَسْأَلُهُ عَنِ الإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ ‏"‏‏.‏ فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهَا قَالَ ‏"‏ لاَ، إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ ‏"‏‏.‏ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ وَصِيَامُ رَمَضَانَ ‏"‏‏.‏ قَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهُ قَالَ ‏"‏ لاَ، إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ ‏"‏‏.‏ قَالَ وَذَكَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الزَّكَاةَ‏.‏ قَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهَا قَالَ ‏"‏ لاَ، إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ ‏"‏‏.‏ فَأَدْبَرَ الرَّجُلُ وَهْوَ يَقُولُ وَاللَّهِ لاَ أَزِيدُ عَلَى هَذَا وَلاَ أَنْقُصُ‏.‏ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Talha bin 'Ubaidullah

Seorang pria datang kepada Rasulullah (ﷺ) bertanya kepadanya tentang Islam, Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Kamu harus melakukan lima shalat wajib dalam sehari dan satu malam (24 jam).” Pria itu bertanya, “Apakah ada lagi doa wajib untukku?” Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Tidak, kecuali kamu suka mempersembahkan Nawafil (yaitu shalat pilihan).” Rasulullah SAW (ﷺ) kemudian menambahkan, “Kamu harus berpuasa selama bulan Ramadhan.” Orang itu berkata, “Apakah aku harus berpuasa pada hari-hari lain?” Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Tidak, kecuali jika kamu ingin melakukan puasa opsional secara sukarela.” Kemudian Rasulullah (ﷺ) memberitahunya tentang wajib zakat. Pria itu bertanya, “Apakah saya harus memberikan sesuatu selain itu?” Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Tidak, kecuali jika kamu ingin memberi sedekah secara sukarela.” Maka orang itu pergi sambil berkata, “Demi Allah, aku tidak akan berbuat lebih dan tidak kurang dari itu.” Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Jika dia mengatakan yang benar, dia akan berhasil.”

Comment

Hadis Jibril: Fondasi Islam

Narasi ini dari Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (2678) menyajikan pilar-pilar dasar ibadah Islam melalui dialog mendalam antara Nabi Muhammad (ﷺ) dan seorang sahabat yang bertanya. Pertukaran ini menunjukkan keseimbangan sempurna antara tindakan wajib (farā'iḍ) dan perbuatan sukarela (nawāfil) dalam hukum suci.

Komentar Ulama tentang Lima Rukun

Lima shalat harian membentuk fondasi hubungan seorang Muslim dengan Allah. Para ulama mencatat bahwa spesifikasi lima shalat—tidak ditambah atau dikurangi—mencerminkan kebijaksanaan ilahi dalam menetapkan ritme zikir sepanjang hari sambil mengakomodasi sifat manusia.

Mengenai puasa, kewajiban eksklusif Ramadan menunjukkan rahmat Allah. Puasa sunnah, meskipun berpahala, tetap sekunder dibandingkan bulan yang ditetapkan, memungkinkan fleksibilitas sambil mempertahankan disiplin spiritual.

Zakat wajib mewakili pilar ekonomi Islam. Klarifikasi Nabi bahwa tidak ada amal wajib tambahan di luar jumlah yang ditetapkan melindungi komunitas dari ekstremisme sambil mendorong kedermawanan sukarela.

Kebijaksanaan dalam "Tidak Lebih atau Kurang"

Pernyataan pria itu untuk melaksanakan persis apa yang diresepkan mencerminkan pemahaman yang mendalam. Ulama klasik menafsirkan ini sebagai kepatuhan sempurna kepada Sunnah—menghindari kelalaian dan berlebihan. Afirmasi Nabi terhadap pendekatan ini memvalidasi jalan tengah dalam ibadah.

Imam al-Nawawī berkomentar bahwa narasi ini menetapkan prinsip bahwa melebihi kewajiban agama tanpa otorisasi merupakan bid'ah, sementara mengabaikannya merupakan ma'siyah. Kesuksesan sejati terletak pada keseimbangan sempurna.