Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang harus bersumpah demi Allah atau diam saja.” ﷺ Dia tidak boleh bersumpah dengan nama selain Allah.
Teks dan Referensi Hadis
Nabi (ﷺ) bersabda, "Siapa pun yang harus bersumpah harus bersumpah demi Allah atau diam." (yaitu, dia tidak boleh bersumpah dengan selain Allah.)
Referensi: Sahih al-Bukhari 2679, Kitab: Saksi-saksi
Komentar tentang Larangan
Hadis ini menetapkan prinsip Islam mendasar bahwa sumpah hanya boleh diucapkan dengan nama Allah. Bersumpah dengan selain Allah - baik dengan nabi, Ka'bah, orang tua, atau makhluk ciptaan apa pun - merupakan syirik (menyekutukan Allah) dalam ibadah, karena bersumpah adalah tindakan pengabdian yang harus diarahkan hanya kepada Sang Pencipta.
Perintah "atau diam" menunjukkan beratnya masalah ini - lebih baik menahan diri dari bersumpah sama sekali daripada melakukan syirik dengan bersumpah dengan selain Allah. Larangan ini melindungi tauhid (monoteisme) dan mencegah pengudusan makhluk ciptaan.
Penjelasan Ilmiah
Imam Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam Fath al-Bari bahwa hadis ini secara kategoris melarang semua bentuk pengambilan sumpah kecuali dengan sifat dan nama Allah. Para sahabat memahami larangan ini dengan ketat, dengan Ibn Umar melaporkan bahwa bahkan bersumpah dengan nenek moyang dilarang pada masa Nabi.
Para ulama membedakan antara bersumpah dengan sengaja dengan selain Allah (syirik besar) dan frasa kebiasaan yang digunakan dalam percakapan sehari-hari tanpa niat sumpah. Namun, bimbingan kenabian mendorong Muslim untuk memurnikan ucapan mereka sepenuhnya dari ekspresi seperti itu untuk melindungi iman mereka dan menghindari kemiripan dengan praktik pra-Islam.
Aplikasi Praktis
Ketika perlu bersumpah, Muslim harus menggunakan frasa seperti "Wallahi" (Demi Allah) atau "Wa'azi-mati-Llah" (Demi Keagungan Allah). Jika seseorang tidak sengaja bersumpah dengan selain Allah, pertobatan segera diperlukan.
Ajaran ini melatih orang beriman dalam kemurnian linguistik dan kesadaran akan Tuhan yang konstan, memastikan bahwa ucapan mereka mencerminkan pemahaman yang benar tentang keunikan Allah dalam ibadah dan kedaulatan. Hadis ini dengan demikian berfungsi sebagai panduan hukum dan penyempurnaan spiritual bagi komunitas Muslim.