حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ حَمْزَةَ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ صَالِحٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ ـ رضى الله عنهما ـ أَخْبَرَهُ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سُفْيَانَ، أَنَّ هِرَقْلَ، قَالَ لَهُ سَأَلْتُكَ مَاذَا يَأْمُرُكُمْ فَزَعَمْتَ أَنَّهُ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالصِّدْقِ وَالْعَفَافِ وَالْوَفَاءِ بِالْعَهْدِ وَأَدَاءِ الأَمَانَةِ‏.‏ قَالَ وَهَذِهِ صِفَةُ نَبِيٍّ‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas

Abu Sufyan mengatakan kepada saya bahwa Heraklius berkata kepadanya, “Ketika saya bertanya kepada Anda apa yang dia (yaitu Muhammad) perintahkan kepada Anda, Anda menjawab bahwa dia memerintahkan Anda untuk menegakkan doa, untuk berbicara kebenaran, untuk menjadi suci, untuk menepati janji dan untuk membayar kembali kepercayaan.” Kemudian Heraclius menambahkan, “Ini benar-benar kualitas seorang nabi.”

Comment

Komentar tentang Sifat-sifat Kenabian

Riwayat ini dari Sahih al-Bukhari 2681 menyajikan kesaksian mendalam dari Heraclius, Kaisar Bizantium, yang mengakui karakteristik esensial kenabian melalui ajaran Nabi Muhammad ﷺ.

Lima Pilar Karakter Kenabian

Menegakkan Shalat (Iqāmat as-Salāh): Fondasi ibadah yang menghubungkan ciptaan dengan Sang Pencipta, menunjukkan disiplin spiritual dan zikir yang konstan kepada Allah.

Berbicara Kebenaran (Sidq al-Qawl): Landasan karakter moral, mencakup kejujuran dalam ucapan dan integritas dalam semua interaksi verbal.

Menjaga Kesucian (al-'Iffah): Mempertahankan kemurnian dalam pikiran, tindakan, dan hubungan, melindungi dari kemaksiatan dan ketidaksopanan.

Menepati Janji (Wafā' bil-'Uhūd): Menghormati komitmen dan perjanjian, baik dengan Allah maupun dengan manusia, membangun kepercayaan dalam masyarakat.

Mengembalikan Amanah (Adā' al-Amānāt): Menunaikan tanggung jawab dengan setia dan menjaga apa yang dipercayakan, dasar keamanan sosial.

Wawasan Ilmiah

Imam Ibn Hajar al-Asqalani mencatat dalam Fath al-Bari bahwa kelima kualitas ini mencakup hak-hak Allah (Huqūq Allah) dan hak-hak ciptaan (Huqūq al-'Ibād), menunjukkan sifat komprehensif ajaran Islam.

Al-Qurtubi mengamati bahwa Heraclius, meskipun seorang penguasa non-Muslim, mengakui ini sebagai kualitas kenabian universal karena selaras dengan pengakuan manusia bawaan terhadap kebaikan (al-fitrah as-salīmah).

Ibn al-Jawzi menekankan bahwa karakteristik ini mewakili manifestasi praktis iman, mengubah keyakinan abstrak menjadi keunggulan moral nyata yang menguntungkan individu dan masyarakat.