Rasulullah SAW bersabda, “Jika manusia mengetahui apa pahala dengan melakukan panggilan (shalat) dan (berada di) baris pertama (dalam shalat), dan jika mereka tidak menemukan cara lain untuk mendapatkan hak istimewa ini kecuali dengan membuang undian, pasti mereka akan membuang undian untuk itu. ﷺ Jika mereka mengetahui pahala shalat tengah hari, mereka akan berlomba memperolehnya, dan jika mereka mengetahui pahala pagi (yaitu fajar) dan shalat Isya, mereka akan hadir untuk shalat meskipun mereka harus merangkak untuk sampai ke sana.
Keunggulan Shalat dan Jemaahnya
Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari (2689) menerangi pahala spiritual yang sangat besar yang terkait dengan shalat berjemaah, khususnya menekankan tiga keutamaan berbeda: panggilan shalat (adzan), shalat di barisan pertama, dan keistimewaan khusus dari shalat tertentu.
Keutamaan Panggilan Shalat dan Barisan Pertama
Nabi (ﷺ) menunjukkan bahwa pahala untuk menyampaikan adzan dan shalat di saf (barisan) pertama sangat besar sehingga orang akan menggunakan undian jika mereka mengetahui nilai sebenarnya. Suara muadzin akan disaksikan oleh setiap makhluk yang mendengarnya pada Hari Kiamat, sementara barisan pertama menyerupai barisan malaikat dalam kedekatan spiritualnya.
Para ulama menjelaskan ini menandakan keunggulan ibadah kolektif dibandingkan shalat individu, dengan posisi tertentu membawa bobot spiritual yang lebih besar. Barisan pertama menunjukkan kedatangan awal dan kesungguhan dalam mencari ridha Allah.
Keistimewaan Khusus Shalat Dzuhur, Fajar, dan Malam
"Balapan" untuk shalat Dzuhur mengacu pada bergegas ke masjid ketika waktunya tiba, karena shalat ini terjadi selama jam siang yang sibuk ketika orang sibuk dengan urusan duniawi.
Penyebutan luar biasa tentang shalat Fajr dan Isya yang memerlukan "merangkak" menunjukkan kesulitan khusus mereka namun pahala tertinggi. Fajr dikerjakan ketika tidur paling dalam dan paling diinginkan, sementara Isya datang ketika malam telah tiba dan istirahat memanggil. Mengatasi kecenderungan alami ini menunjukkan iman yang kuat dan mendapatkan balasan yang luar biasa dari Yang Maha Pemurah.
Implikasi Spiritual
Hadis ini mengajarkan kita bahwa orang beriman sejati mengukur tindakan berdasarkan nilai abadi mereka daripada kenyamanan duniawi. Bahasa hiperbolis menekankan bagaimana realitas spiritual melampaui persepsi fisik.
Imam Ibn Hajar al-Asqalani berkomentar dalam Fath al-Bari bahwa deskripsi ini memotivasi orang beriman untuk memprioritaskan shalat di atas semua keterlibatan duniawi, menyadari bahwa apa yang tampak sebagai kesulitan di dunia ini diterjemahkan menjadi kesenangan yang sangat besar di Akhirat.