حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو الأَحْوَصِ، قَالَ حَدَّثَنَا مَنْصُورٌ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ ذُكِرَ عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم رَجُلٌ فَقِيلَ مَا زَالَ نَائِمًا حَتَّى أَصْبَحَ مَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ‏.‏ فَقَالَ ‏"‏ بَالَ الشَّيْطَانُ فِي أُذُنِهِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan 'Abdullah

Seseorang disebutkan di hadapan Nabi (saw) dan dia diberitahu bahwa dia terus tidur sampai pagi dan tidak bangun untuk shalat. Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Setan buang air kecil di telinganya."

Comment

Teks dan Konteks Hadis

Riwayat ini dari Sahih al-Bukhari 1144 menggambarkan seorang sahabat yang tertidur melewati salat malam (Tahajjud). Nabi Muhammad (semoga damai besertanya) merespons dengan pernyataan metaforis: "Setan kencing di telinganya."

Interpretasi Harfiah

Para ulama menjelaskan bahwa ini bukan kencing harfiah tetapi metafora bahasa Arab yang kuat yang menunjukkan kelalaian spiritual sepenuhnya. Sama seperti kotoran fisik mencegah pendengaran yang tepat, pengaruh Setan secara spiritual memekakkan seseorang terhadap panggilan ibadah malam.

Signifikansi Spiritual Tahajjud

Salat malam memiliki status khusus dalam Islam sebagai waktu puncak untuk kedekatan ilahi. Tertidur melewatinya menunjukkan kepuasan spiritual. Metafora ini menekankan bagaimana Setan bekerja untuk memutus hubungan suci ini dengan menginduksi tidur berlebihan.

Komentar Ilmiah

Ulama klasik seperti Ibn Hajar al-Asqalani mencatat bahwa hadis ini menunjukkan peran aktif Setan dalam mencegah perbuatan baik. "Telinga" secara khusus disebutkan karena itulah sarana melalui mana seseorang mendengar panggilan salat dan zikir Al-Quran.

Imam al-Nawawi menjelaskan bahwa ini berfungsi sebagai peringatan kuat terhadap mengabaikan salat sunnah, khususnya Tahajjud, yang secara teratur dipraktikkan oleh Nabi dan para sahabatnya.

Pelajaran Praktis

Ajaran ini mendorong umat Islam untuk: 1) Menghargai salat malam, 2) Mengambil langkah untuk bangun untuk Tahajjud, 3) Mengenali trik halus Setan dalam mencegah ibadah, dan 4) Mempertahankan kewaspadaan spiritual terhadap kelalaian.