Ibnu 'Umar berkata, "Pada masa hidup Nabi (صلى الله عليه وسلم) aku bermimpi bahwa selembar kain sutra ada di tanganku dan itu terbang bersamaku ke bagian mana pun dari surga yang aku inginkan. Saya juga melihat seolah-olah dua orang (yaitu malaikat) datang kepada saya dan ingin membawa saya ke Neraka. Kemudian seorang malaikat menemui kami dan mengatakan kepada saya untuk tidak takut. Dia kemudian menyuruh mereka untuk meninggalkan saya. Hafsa meriwayatkan salah satu mimpiku kepada Nabi (صلى الله عليه وسلم) dan Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Abdullah adalah orang yang baik. Semoga dia shalat malam (Tahajjud)!" Jadi setelah hari itu 'Abdullah (bin 'Umar) mulai mempersembahkan Tahajjud. Para sahabat Nabi (saw) biasa menceritakan mimpi mereka bahwa (Laila-tul-Qadr) adalah pada tanggal 27 bulan Ramadhan. Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Aku melihat bahwa mimpimu sepakat pada sepuluh malam terakhir Ramadhan dan oleh karena itu siapa pun yang mencarinya harus mencarinya dalam sepuluh malam terakhir Ramadhan."
Shalat Malam (Tahajjud)
Sahih al-Bukhari - Hadits 1156, 1157, 1158
Keutamaan Shalat Malam
Narasi ini menunjukkan status tinggi shalat Tahajjud dalam Islam. Ketika Nabi (ﷺ) mengetahui mimpi saleh Abdullah bin Umar, beliau segera mengenali potensi spiritualnya tetapi mencatat satu kekurangan - kurangnya shalat malam secara teratur. Pernyataan Nabi "Seandainya dia menunaikan shalat malam" menunjukkan bahwa Tahajjud meningkatkan derajat seorang mukmin dan mendekatkan mereka kepada Allah.
Tafsir Mimpi dalam Islam
Mimpi yang benar dianggap sebagai salah satu dari empat puluh enam bagian kenabian. Mimpi Ibnu Umar tentang kain sutra yang mewakili Surga menunjukkan sifatnya yang saleh, sementara malaikat yang berusaha membawanya ke Neraka menunjukkan bahwa bahkan orang saleh harus tetap waspada. Malaikat yang menengahi menandakan perlindungan ilahi bagi mereka yang berusaha dalam ibadah.
Dampak Bimbingan Kenabian
Perhatikan bagaimana segera setelah mendengar keinginan Nabi, Ibnu Umar mulai menunaikan Tahajjud secara teratur. Ini menggambarkan penerapan segera bimbingan Nabi oleh para sahabat, betapapun halus instruksinya. Cinta mereka kepada Allah dan Rasul-Nya terwujud dalam ketaatan instan.
Mencari Malam Lailatul Qadar
Mimpi para sahabat yang sepakat pada malam ke-27 Ramadan, diikuti bimbingan Nabi untuk mencarinya di sepuluh malam terakhir, menunjukkan bagaimana hikmah ilahi bekerja melalui berbagai saluran. Nabi mengonfirmasi kebenaran dalam mimpi mereka sambil memberikan bimbingan yang lebih luas untuk meningkatkan ibadah selama semua sepuluh malam terakhir, sehingga memastikan pahala yang lebih besar.
Komentar Ulama
Ulama klasik mencatat bahwa hadis ini menggabungkan beberapa ajaran penting: keutamaan mimpi saleh, keunggulan shalat malam, pentingnya bertindak atas nasihat saleh, dan metodologi untuk mencari Lailatul Qadar. Ini menunjukkan bagaimana Nabi membina para sahabatnya melalui dorongan lembut daripada kritik keras.