Beberapa Sabi (yaitu tawanan perang, anak-anak dan wanita saja) dibawa ke hadapan Nabi (ﷺ) dan lihatlah, seorang wanita di antara mereka sedang memerah payudaranya untuk memberi makan dan setiap kali dia menemukan seorang anak di antara para tawanan, dia mengambilnya di dadanya dan merawatnya (dia telah kehilangan anaknya tetapi kemudian dia menemukannya) Nabi berkata kepada kami, “Apakah Anda pikir wanita ini dapat melemparkan putranya ke dalam api?” Kami menjawab, “Tidak, jika dia memiliki kekuatan untuk tidak melemparkannya (ke dalam api).” Rasulullah SAW berkata, “Allah lebih berbelas kasihan kepada hamba-hamba-Nya daripada wanita ini kepada anaknya.” ﷺ
Komentar Hadis: Rahmat Allah yang Tak Terbatas
Narasi mendalam dari Sahih al-Bukhari 5999 ini menunjukkan rahmat Allah yang tak terbatas terhadap ciptaan-Nya, menggunakan analogi manusia yang kuat yang beresonansi dengan naluri manusia alami.
Analisis Kontekstual
Insiden ini terjadi selama masa perang ketika tawanan dibawa ke hadapan Nabi Muhammad (ﷺ). Di antara mereka ada seorang wanita yang dengan putus asa mencari anaknya, menyusui setiap bayi yang ditemukannya dengan harapan menemukan anaknya sendiri.
Naluri keibuan wanita itu begitu kuat sehingga dia secara spontan menyusui saat melihat anak-anak, menunjukkan ikatan alami yang mendalam antara ibu dan anak yang telah Allah ciptakan.
Signifikansi Teologis
Pertanyaan retoris Nabi - "Apakah kamu pikir wanita ini bisa melemparkan anaknya ke dalam api?" - menetapkan prinsip dasar: tidak ada ibu yang penuh kasih yang dengan sukarela menyakiti anaknya.
Kesimpulan bahwa "Allah lebih penyayang kepada hamba-hamba-Nya daripada wanita ini kepada anaknya" mengungkapkan bahwa rahmat ilahi melebihi bahkan belas kasih manusia terkuat. Jika cinta seorang ibu begitu kuat, betapa lebih besarnya rahmat Sang Pencipta?
Wawasan Ilmiah
Ulama klasik mencatat bahwa hadis ini membantah pandangan predestinarian ekstrem, menunjukkan bahwa rahmat Allah mendahului kemurkaan-Nya. Sebagaimana wanita itu tidak akan melemparkan anaknya ke api, Allah bahkan lebih kecil kemungkinannya untuk mengutuk hamba-hamba-Nya tanpa alasan.
Tanggapan terkualifikasi para sahabat - "Tidak, jika dia memiliki kekuatan untuk tidak melemparkannya" - menunjukkan pemahaman mereka tentang sifat manusia dan kehendak bebas, yang digunakan Nabi untuk menyoroti kekuasaan mutlak Allah yang disertai dengan rahmat sempurna.
Aplikasi Praktis
Narasi ini mendorong orang beriman untuk tidak pernah putus asa dari rahmat Allah, mendekati-Nya dengan harapan dan keyakinan, dan mengulurkan rahmat kepada orang lain sebagai cerminan dari sifat-sifat ilahi.
Ini mengajarkan bahwa rahmat adalah di antara atribut utama Allah, dan bahwa pengampunan-Nya selalu tersedia bagi mereka yang dengan tulus bertobat, sama seperti pelukan seorang ibu selalu terbuka untuk anaknya yang kembali.