Seorang pria datang kepada Rasulullah (ﷺ) dan berkata, “Wahai Rasulullah (ﷺ)! Siapa yang lebih berhak diperlakukan dengan persahabatan terbaik olehku?” Nabi (ﷺ) berkata, “Ibumu.” Kata pria itu. “Siapa selanjutnya?” Rasulullah berkata, “Ibumu.” Pria itu lebih lanjut berkata, “Siapa selanjutnya?” Nabi (ﷺ) berkata, “Ibumu.” Pria itu bertanya untuk keempat kalinya, “Siapa selanjutnya?” Nabi (ﷺ) berkata, “Ayahmu. “
Keunggulan Menghormati Ibu
Hadis yang mendalam dari Sahih al-Bukhari (5971) ini menetapkan status ibu yang tak tertandingi dalam ajaran Islam. Pengulangan Nabi atas "ibumu" tiga kali sebelum menyebut ayah menekankan haknya yang lebih tinggi atas kebaikan, pelayanan, dan perlakuan baik.
Komentar Ilmiah tentang Hak-Hak Ibu
Para ulama klasik menjelaskan bahwa prioritas ibu berasal dari kesulitan besar yang dia alami selama kehamilan, persalinan, dan menyusui - beban yang tidak dibagi secara setara oleh ayah. Pengorbanan fisik dan emosionalnya menciptakan hutang terima kasih yang tidak pernah bisa sepenuhnya dibayar.
Imam al-Qurtubi mencatat bahwa penekanan tiga kali Nabi menunjukkan bahwa ibu berhak mendapatkan tiga kali kebaikan yang diutang kepada ayah, meskipun kedua orang tua harus dihormati sepanjang hidup mereka.
Implikasi Praktis dari Adab yang Baik (Al-Adab)
Ajaran ini dari Kitab Adab dan Bentuk (Al-Adab) menginstruksikan umat beriman untuk melayani ibu mereka dengan kelembutan yang paling tinggi, memenuhi kebutuhan mereka, berbicara dengan lembut kepada mereka, dan mencari kesenangan mereka bahkan dalam hal-hal kecil. Ketidaktaatan kepada orang tua adalah di antara dosa terberat setelah syirik.
Respons bertahap juga mengajarkan metode instruksi Islam - mengulangi kebenaran penting sampai mereka tertanam kuat di hati, sambil menjawab pertanyaan dengan sabar sesuai dengan kepentingannya.