Rasulullah SAW bersabda tiga kali: “Bukankah aku akan memberitahukan kepadamu tentang dosa yang terbesar?” ﷺ Kami menjawab, “Ya, Ya Rasulullah (ﷺ)” Dia berkata, “Bergabunglah dengan sekutu dalam ibadah dengan Allah, untuk tidak berpatuh kepada orang tua seseorang.” Nabi (ﷺ) duduk setelah dia berbaring dan menambahkan, “Dan aku memperingatkan kamu untuk tidak memberikan pernyataan palsu dan kesaksian palsu; aku memperingatkan kamu untuk tidak memberikan pernyataan palsu dan kesaksian palsu.” Nabi terus mengatakan peringatan itu sampai kami berpikir bahwa dia tidak akan berhenti.
Kegawatan Dosa-Dosa Besar
Hadis yang mendalam ini dari Sahih al-Bukhari 5976 menyebutkan dosa-dosa yang paling berat dalam Islam, dimulai dengan syirik (menyekutukan Allah) dan ketidaktaatan kepada orang tua. Pengulangan Nabi dan perubahan postur fisiknya menekankan keseriusan pelanggaran-pelanggaran ini.
Komentar Ulama tentang Syirik dan Ketidaktaatan kepada Orang Tua
Syirik merupakan pelanggaran tertinggi karena melanggar prinsip dasar Tauhid (Keesaan Ilahi). Ulama klasik seperti Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan bahwa syirik membatalkan semua amal baik dan mengeluarkan seseorang dari Surga.
Ketidaktaatan kepada orang tua ('uquq al-walidayn) mengikuti segera dalam tingkat keseriusannya. Para ulama mencatat bahwa ini mencakup segala bentuk ketidakhormatan, pengabaian, atau menyebabkan kesusahan kepada orang tua, terutama di usia tua mereka. Kedekatan dosa ini dengan syirik menunjukkan kegawatannya dalam etika Islam.
Peringatan Nabi terhadap Kesaksian Palsu
Peringatan berulang Nabi terhadap kesaksian palsu (shahadat al-zur) menyoroti sifatnya yang merusak. Imam al-Nawawi berkomentar bahwa kesaksian palsu merusak keadilan, menghancurkan hak-hak, dan merongrong tatanan sosial.
Ahli fikih klasik mengklasifikasikan kesaksian palsu sebagai salah satu kabair (dosa-dosa besar) yang memerlukan tobat yang tulus. Ketegasan Nabi menunjukkan konsekuensi berat yang dimiliki dosa ini terhadap spiritualitas individu dan harmoni komunitas.
Implikasi Praktis bagi Perilaku Muslim
Hadis ini dari "Akhlak dan Bentuk yang Baik (Al-Adab)" dalam Sahih al-Bukhari berfungsi sebagai panduan mendasar bagi karakter Muslim. Para ulama menekankan bahwa menghindari dosa-dosa besar ini sangat penting untuk keselamatan dan merupakan fondasi dari perilaku yang benar.
Ajaran ini mengingatkan orang beriman untuk terus-menerus memeriksa tindakan mereka, terutama dalam hal iman, kewajiban keluarga, dan kejujuran dalam ucapan dan kesaksian.