حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ حَفْصٍ، حَدَّثَنَا شَيْبَانُ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ وَرَّادٍ، عَنِ الْمُغِيرَةِ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ الأُمَّهَاتِ، وَمَنْعَ وَهَاتِ، وَوَأْدَ الْبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Anas bin Malik

Rasulullah (ﷺ) menyebutkan dosa-dosa terbesar atau dia ditanya tentang dosa terbesar. Beliau berkata: “Bersekutu dengan Allah, membunuh jiwa yang dilarang Allah membunuhnya, dan bersikap tidak taat atau tidak baik kepada orang tuanya”. Rasulullah SAW berkata, “Haruskah aku memberitahukan kepadamu tentang dosa besar yang terbesar? ﷺ Itu adalah pernyataan palsu atau kesaksian palsu.” Shu`ba (sub-narator) menyatakan bahwa kemungkinan besar Nabi berkata, “saksi palsu.”

Comment

Teks dan Konteks Hadis

Diriwayatkan oleh Anas bin Malik: Utusan Allah (ﷺ) menyebutkan dosa-dosa terbesar atau ditanya tentang mereka. Dia berkata, "Bergabung dengan mitra dalam ibadah kepada Allah; membunuh jiwa yang Allah larang untuk dibunuh; dan tidak berbakti kepada orang tua." Kemudian dia menambahkan, "Haruskah saya memberitahu Anda tentang yang terbesar dari dosa-dosa besar? Itu adalah pernyataan palsu atau saksi palsu." Shu`ba menyatakan Nabi kemungkinan besar berkata "saksi palsu."

Referensi: Sahih al-Bukhari 5977 | Buku: Tata Krama dan Bentuk yang Baik (Al-Adab)

Hierarki Dosa-Dosa Besar

Nabi ﷺ menetapkan hierarki dosa yang jelas, dimulai dengan syirik (menyekutukan Allah) sebagai pelanggaran terberat yang membatalkan Islam seseorang. Selanjutnya adalah pembunuhan tanpa hak (qatl an-nafs), melanggar kesucian hidup Allah. Ketiga adalah ketidaktaatan kepada orang tua ('uquq al-walidayn), merusak hubungan manusia paling mendasar setelah hubungan seseorang dengan Allah.

Nabi kemudian menekankan kesaksian palsu (shahadat az-zur) sebagai salah satu "yang terbesar dari dosa-dosa besar" karena konsekuensi katastrofiknya pada masyarakat - merusak keadilan, menghancurkan reputasi, dan memungkinkan penindasan.

Komentar Ilmiah

Imam al-Qurtubi menjelaskan bahwa syirik menempati urutan teratas karena itu merupakan ketidakbersyukuran terhadap Sang Pencipta. Ibn Hajar al-Asqalani mencatat bahwa pembunuhan mengikuti syirik karena menghancurkan ciptaan Allah yang paling dihormati, sementara ketidaktaatan kepada orang tua melanggar hak-hak mereka melalui siapa seseorang menerima keberadaan dan pengasuhan.

Mengenai kesaksian palsu, para ulama menekankan bahwa beratnya terletak pada sifat gabungannya - itu menggabungkan kebohongan, pengkhianatan kepercayaan, korupsi sistem peradilan, dan potensi memfasilitasi dosa-dosa besar lainnya. Al-Nawawi menyatakan itu dapat menyebabkan hukuman yang salah, perampasan properti, dan keruntuhan keluarga.

Implikasi Praktis

Hadis ini mengajarkan Muslim untuk memprioritaskan menghindari dosa-dosa khusus ini sambil menjaga kewaspadaan terhadap semua pelanggaran. Urutannya menunjukkan kebenaran teologis (tauhid) harus mendahului perilaku moral, namun kegagalan moral dapat memiliki konsekuensi yang menghancurkan.

Penekanan pada kesaksian palsu berfungsi sebagai peringatan bagi Muslim dalam konteks hukum, bisnis, dan sosial untuk mempertahankan kejujuran mutlak, terutama ketika hak-hak orang lain terlibat. Itu mengingatkan orang beriman bahwa dosa yang mempengaruhi masyarakat memiliki bobot khusus dalam penghakiman Allah.