حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ قُلْتُ لأَبِي أُسَامَةَ حَدَّثَكُمُ الأَعْمَشُ، سَمِعْتُ شَقِيقًا، قَالَ سَمِعْتُ حُذَيْفَةَ، يَقُولُ إِنَّ أَشْبَهَ النَّاسِ دَلاًّ وَسَمْتًا وَهَدْيًا بِرَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لاَبْنُ أُمِّ عَبْدٍ، مِنْ حِينَ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ إِلَى أَنْ يَرْجِعَ إِلَيْهِ، لاَ نَدْرِي مَا يَصْنَعُ فِي أَهْلِهِ إِذَا خَلاَ‏.‏
Terjemahan
Narasi Tariq

Abdullah berkata, “Pembicaraan yang terbaik adalah Kitab Allah, dan petunjuk yang terbaik adalah petunjuk Muhammad.”

Comment

Keunggulan Wahyu Ilahi dan Bimbingan Kenabian

Pernyataan mendalam oleh Sahabat `Abdullah ibn Mas`ud (semoga Allah meridhainya) ini menetapkan hierarki fundamental pengetahuan Islam. Kitab Allah, Al-Qur'an yang Mulia, mewakili ucapan tertinggi - sempurna dalam kefasihan, komprehensif dalam bimbingan, dan abadi dalam relevansinya. Ini adalah Firman Allah yang tidak diciptakan yang berisi legislasi ilahi yang lengkap.

Sifat Komplementer Al-Qur'an dan Sunnah

Bagian kedua dari narasi ini menekankan bahwa bimbingan praktis terbaik ditemukan dalam Sunnah Nabi Muhammad (semoga damai besertanya). Al-Qur'an menyediakan kerangka teoretis, sementara Sunnah Nabi menunjukkan penerapannya secara praktis. Seperti yang dijelaskan para ulama, Al-Qur'an adalah konstitusi, dan Sunnah adalah komentar dan implementasi rincinya.

Imam al-Shafi'i mencatat bahwa setiap keputusan dari Nabi (semoga damai besertanya) pada akhirnya berasal dari pemahaman Allah, baik melalui wahyu langsung dalam Al-Qur'an atau melalui bimbingan yang diilhami. Dengan demikian, kedua sumber ini tidak terpisahkan dalam membentuk cara hidup Islam yang lengkap.

Komentar Ulama tentang Narasi

Ibn Hajar al-`Asqalani, dalam komentarnya tentang Sahih al-Bukhari, menjelaskan bahwa hadis ini menetapkan keunggulan Al-Qur'an atas semua ucapan lain, dan keunggulan bimbingan Nabi atas semua jalan lain. "Ucapan terbaik" mengacu pada konten dan bentuk - Al-Qur'an berisi konten paling benar dalam cara yang paling fasih.

Al-Qurtubi menambahkan bahwa narasi ini berfungsi sebagai peringatan terhadap memprioritaskan wacana filosofis, puisi, atau bentuk ucapan lain di atas Al-Qur'an. Demikian pula, ini memperingatkan untuk tidak mengikuti bimbingan apa pun yang bertentangan dengan Sunnah Nabi, terlepas dari betapa menariknya itu tampak.

Implikasi Praktis bagi Orang Beriman

Pengajaran ini mengarahkan Muslim untuk memprioritaskan studi Al-Qur'an dan Sunnah di atas semua pengetahuan lain. Ini mengingatkan kita bahwa kesuksesan sejati terletak pada berpegang teguh pada dua sumber utama ini daripada terganggu oleh hal-hal sekunder. Orang beriman harus mengukur semua ucapan terhadap standar Al-Qur'an dan semua tindakan terhadap teladan Nabi (semoga damai besertanya).

Seperti yang tercatat dalam Sahih al-Bukhari 6098 di bawah buku "Akhlak Baik dan Bentuk (Al-Adab)", narasi ini pada akhirnya menyeru kita untuk memusatkan hidup kita di sekitar wahyu ilahi dan contoh kenabian, memastikan keyakinan, ibadah, transaksi, dan karakter kita selaras dengan dua fondasi Islam ini.