Seorang pria berkata kepada Nabi (ﷺ), “Beritahu saya! “Nabi (ﷺ) berkata, “Jangan marah dan marah.” Pria itu bertanya (sama) berulang kali, dan Nabi (ﷺ) berkata dalam setiap kasus, “Jangan marah dan marah.”
Teks & Konteks Hadis
Seorang laki-laki berkata kepada Nabi (ﷺ), "Nasihati aku!" Nabi (ﷺ) berkata, "Jangan marah dan mengamuk." Laki-laki itu bertanya (hal yang sama) berulang kali, dan Nabi (ﷺ) berkata dalam setiap kasus, "Jangan marah dan mengamuk."
Riwayat ini tercatat dalam Sahih al-Bukhari 6116 di bawah Kitab Akhlak dan Bentuk yang Baik (Al-Adab), menunjukkan pentingnya mengendalikan kemarahan dalam ajaran Islam.
Komentar Ulama
Pengulangan respons Nabi menunjukkan sifat kritis manajemen kemarahan dalam perkembangan spiritual. Ulama mencatat bahwa kemarahan adalah akar dari banyak kejahatan dan dosa.
Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa kemarahan adalah api yang dinyalakan di hati, menghabiskan amal baik seseorang dan mengarah pada tindakan yang disesali. Penekanan Nabi mengungkapkan potensi destruktif kemarahan terhadap urusan duniawi dan agama.
Komentator klasik mengamati bahwa pertanyaan berulang laki-laki itu menunjukkan dia mencari panduan komprehensif, namun Nabi mempertahankan jawaban yang sama, menunjukkan bahwa menguasai kemarahan mencakup banyak kebajikan di dalamnya.
Aplikasi Praktis
Ketika merasa marah, ucapkan "A'udhu billahi min ash-shaytan ir-rajim" (Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk) dan lakukan wudu (bersuci), karena air memadamkan api.
Ubah posisi fisik Anda - jika berdiri, duduklah; jika duduk, berbaringlah. Tetap diam selama marah untuk mencegah ucapan berbahaya.
Renungkan kendali Allah atas semua urusan dan ingat sifat sementara provokasi duniawi dibandingkan dengan konsekuensi abadi.
Manfaat Spiritual
Mengendalikan kemarahan melestarikan persaudaraan, mempertahankan martabat, dan melindungi iman seseorang. Nabi menggambarkan orang yang kuat sebagai orang yang mengendalikan dirinya selama marah.
Allah menjanjikan pahala besar bagi mereka yang menahan kemarahan, seperti disebutkan dalam Quran 3:134: "Mereka yang berinfak di masa senang dan susah, menahan kemarahan, dan memaafkan orang - Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik."