Rasulullah SAW bersabda, “Salah satu perkataan para nabi awal yang dimiliki umat adalah: Jika kamu tidak merasa malu (dari Haya': malu dari melakukan kecerobohan religius) lakukanlah apa pun yang kamu suka.” ﷺ (Lihat Hadis No 690, 691, Jilid 4)
Teks Hadis
Nabi (ﷺ) bersabda, 'Salah satu ucapan para Nabi terdahulu yang telah didapatkan orang-orang adalah: Jika kamu tidak merasa malu (dari Haya': rasa malu saleh dari melakukan pelanggaran agama) lakukan apa pun yang kamu suka." (Sahih al-Bukhari 6120)
Makna dan Konteks
Pernyataan mendalam ini merujuk kembali pada wahyu ilahi sebelumnya, yang dilestarikan oleh komunitas Muslim melalui Nabi Muhammad (ﷺ). Istilah "Haya'" merujuk pada kebajikan Islam yang komprehensif yang mencakup kesopanan, rasa malu, dan kesadaran akan pengamatan Allah.
Makna yang tampak menyarankan izin, tetapi para ulama secara universal memahami ini sebagai peringatan yang keras. Ketika seseorang kehilangan penghalang pelindung Haya', mereka jatuh ke dalam kehancuran spiritual, melakukan dosa tanpa kendali.
Komentar Ilmiah
Imam Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam Fath al-Bari bahwa hadis ini menggunakan perangkat retorika "al-Ighra'" (dorongan terhadap sesuatu untuk memperingatkan darinya). Ini menyerupai ayat Al-Qur'an: "Lakukan apa yang kamu inginkan" (41:40), yang sebenarnya adalah ancaman.
Al-Qurtubi menyatakan bahwa Haya' terdiri dari dua jenis: naluri alami dan yang diperoleh melalui iman. Yang terakhir mencegah orang beriman dari mengecewakan Allah, menjadikannya kualitas penting dari iman sejati.
Ibn al-Qayyim menjelaskan bahwa Haya' berfungsi sebagai penghalang spiritual yang melindungi iman, kehormatan, dan martabat seseorang. Ketidakhadirannya menunjukkan penyakit spiritual yang parah dan jarak dari rahmat Allah.
Aplikasi Praktis
Haya' sejati terwujud dalam menghindari semua yang dilarang Allah, memenuhi kewajiban agama dengan benar, dan mempertahankan karakter yang baik dalam semua urusan.
Ajaran ini mendorong umat Islam untuk mengembangkan kualitas mulia ini, mengakuinya sebagai baik kecenderungan alami maupun kebajikan agama yang harus dipupuk melalui pengetahuan dan praktik.