Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, janganlah menyakiti sesamanya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah melayani tamunya dengan murah hati dan siapa yang percaya kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya berbicara yang baik atau diam.” ﷺ
Teks Hadis
Nabi (ﷺ) bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, janganlah menyakiti tetangganya dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah melayani tamunya dengan murah hati dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam."
Komentar Ilmiah
Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari menetapkan tiga pilar dasar perilaku Islam yang tak terpisahkan dari iman sejati. Pengulangan "barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir" menekankan bahwa ini bukan sekadar rekomendasi tetapi manifestasi penting dari iman yang benar.
Perintah pertama berkaitan dengan hak tetangga. Para ulama menjelaskan bahwa menyakiti tetangga—baik melalui ucapan, tindakan, atau bahkan menyebabkan gangguan—bertentangan dengan semangat iman. Sifat komprehensif "menyakiti" mencakup bahaya fisik, penyalahgunaan verbal, iri hati, dan mengabaikan kebutuhan mereka ketika seseorang memiliki kemampuan untuk membantu.
Ajaran kedua membahas keramahan. Kemurahan hati kepada tamu mencerminkan kepercayaan pada rezeki Allah dan menunjukkan tanggung jawab sosial yang melekat dalam iman. Komentator klasik menetapkan bahwa hak tamu mencakup sambutan yang hangat, akomodasi yang layak, dan penyediaan makanan selama tiga hari.
Instruksi terakhir mengatur ucapan. Orang beriman harus berbicara secara bermanfaat atau menjaga diam. Ini mencakup menghindari kebohongan, ghibah, fitnah, dan omong kosong sambil mendorong ucapan yang jujur, konstruktif, dan menyenangkan Allah. Diam diresepkan ketika ucapan tidak membawa manfaat atau berpotensi menyebabkan bahaya.
Signifikansi Spiritual
Ketiga perintah ini secara kolektif membahas hubungan seseorang dengan masyarakat (tetangga), orang asing (tamu), dan diri sendiri (ucapan). Mereka menunjukkan bahwa iman Islam mencakup pengabdian vertikal kepada Allah dan tanggung jawab horizontal terhadap ciptaan.
Keterkaitan antara keyakinan yang benar dan tindakan yang saleh adalah pusat untuk memahami hadis ini. Iman sejati pasti menghasilkan buah etika ini, menjadikannya indikator kualitas dan keaslian keyakinan seseorang kepada Allah dan Akhirat.