حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ ‏"‏ الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Abu Musa

Dikatakan kepada Nabi, “Seseorang mungkin mencintai beberapa orang tetapi dia tidak dapat mengejar kebaikan mereka?” Nabi (ﷺ) berkata, “Setiap orang akan bersama orang-orang yang dicintainya.”

Comment

Komentar Hadis: Persahabatan dengan yang Dicintai

Riwayat mendalam ini dari Sahih al-Bukhari (6170) membahas hubungan spiritual antara cinta dan persahabatan akhir di Akhirat. Penanya mengungkapkan kondisi manusia yang umum: mencintai orang-orang saleh sambil menyadari kekurangan spiritual sendiri.

Interpretasi Ilmiah

Imam Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam Fath al-Bari bahwa hadis ini menunjukkan keutamaan besar cinta yang tulus demi Allah. Cinta yang dimaksud di sini bukan sekadar keterikatan emosional, tetapi cinta yang berakar pada iman dan kebenaran.

Al-Qurtubi berkomentar bahwa persahabatan ini terjadi di Akhirat, di mana jiwa-jiwa akan dikelompokkan sesuai dengan kecenderungan spiritual mereka dan objek cinta mereka dalam kehidupan duniawi.

Syarat untuk Janji Ini

Para ulama menekankan bahwa berkah ini memerlukan syarat-syarat tertentu: Cinta harus murni demi Allah, bukan untuk manfaat duniawi; itu tidak boleh melibatkan mendukung orang lain dalam ketidaktaatan kepada Allah; dan seseorang harus berusaha meneladani karakter baik yang dicintai sebaik kemampuan seseorang.

Implikasi Praktis

Hadis ini mendorong umat Islam untuk mengembangkan cinta kepada orang-orang saleh, termasuk Nabi Muhammad (ﷺ), para sahabatnya, dan orang-orang saleh. Ini memberikan harapan bahwa cinta yang tulus, bahkan ketika tidak disertai dengan perbuatan yang setara, dapat meningkatkan kedudukan spiritual seseorang melalui rahmat ilahi.