Nabi (ﷺ) bersabda, "Jika ada di antara kamu yang melihat mimpi yang disukainya, maka itu dari Allah, dan dia harus bersyukur kepada Allah untuk itu dan menceritakannya kepada orang lain; tetapi jika dia melihat sesuatu yang lain, yaitu mimpi yang tidak dia sukai, maka itu dari setan, dan dia harus berlindung kepada Allah dari kejahatannya, dan dia tidak boleh menyebutkannya kepada siapa pun, karena itu tidak akan merugikannya."
Interpretasi Mimpi - Sahih al-Bukhari 6985
Nabi (ﷺ) bersabda, "Jika salah seorang dari kalian melihat mimpi yang disukainya, maka itu berasal dari Allah, dan dia harus bersyukur kepada Allah atasnya dan menceritakannya kepada orang lain; tetapi jika dia melihat sesuatu yang lain, yaitu mimpi yang tidak disukainya, maka itu berasal dari Setan, dan dia harus mencari perlindungan kepada Allah dari kejahatannya, dan dia tidak boleh menyebutkannya kepada siapa pun, karena itu tidak akan membahayakannya."
Komentar Ilmiah
Hadis mulia ini menetapkan klasifikasi Islam fundamental tentang mimpi menjadi dua kategori: mimpi sejati dari Allah dan mimpi mengganggu dari Setan.
Mimpi sejati (ru'ya saliha) merupakan salah satu dari empat puluh enam bagian kenabian, sebagaimana ditetapkan dalam riwayat otentik lainnya. Mereka berfungsi sebagai kabar gembira dan komunikasi spiritual dari Alam Ilahi.
Ketika seseorang mengalami mimpi yang menyenangkan, mereka harus: (1) Memuji dan bersyukur kepada Allah atas berkah ini, (2) Membagikannya hanya kepada mereka yang mencintai mereka dan menginginkan kebaikan bagi mereka, sebagaimana Nabi memerintahkan untuk menceritakan mimpi hanya kepada orang yang berpengetahuan atau penyayang.
Mimpi mengganggu dari Setan dimaksudkan untuk menimbulkan ketakutan, kecemasan, dan gangguan spiritual. Obat yang ditentukan adalah tiga hal: (1) Mencari perlindungan kepada Allah dari kejahatan Setan, (2) Meludah ke sisi kiri tiga kali (sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain), (3) Mengubah posisi tidur, dan (4) Sama sekali tidak menyebutkannya kepada siapa pun.
Hikmah di balik tidak membagikan mimpi buruk adalah bahwa melakukannya dapat mewujudkan aspek negatifnya dan memberi Setan pengaruh lebih lanjut. Dengan mengikuti bimbingan Nabi, mimpi kehilangan potensi bahayanya.
Para ulama menekankan bahwa klasifikasi ini berlaku untuk mimpi selama tidur nyata, bukan hanya fantasi atau pikiran siang hari. Hubungan hati dengan alam yang lebih tinggi selama tidur memungkinkan komunikasi spiritual ini.