Berita tentang perbedaan di antara orang-orang Bani 'Amr bin 'Auf di Quba sampai kepada Rasul Allah dan dia pergi kepada mereka bersama dengan beberapa sahabatnya untuk melakukan rekonsiliasi. Rasul Allah tertunda di sana dan waktu untuk shalat tiba waktunya. Bilal datang kepada Abu Bakar! dan berkata, "Wahai Abu Bakar! Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) ditahan (di sana) dan waktu untuk shalat sudah tiba waktunya. Maukah Anda memimpin orang-orang dalam doa?" Abu Bakar menjawab, "Ya, jika Anda mau." Maka Bilal mengucapkan Iqama dan Abu Bakar maju dan orang-orang berkata Takbir. Sementara itu, Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) datang menembus barisan sampai dia berdiri di barisan (pertama) dan orang-orang mulai bertepuk tangan. Abu Bakar, tidak pernah melihat ke sana kemari selama shalat, tetapi ketika orang-orang bertepuk tangan banyak dia menoleh ke belakang dan melihat Rasulullah (صلى الله عليه وسلم). Nabi (صلى الله عليه وسلم) memberi isyarat kepadanya untuk melanjutkan. Abu Bakar mengangkat kedua tangannya, memuji Allah dan mundur sampai dia berdiri di barisan dan Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) maju ke depan dan memimpin orang-orang dalam shalat. Setelah selesai shalat, dia berbicara kepada orang-orang dan berkata, "Wahai orang-orang! Mengapa Anda mulai bertepuk tangan ketika sesuatu terjadi pada Anda dalam doa? Bertepuk tangan adalah untuk wanita. Setiap kali seseorang dihadapkan dengan sesuatu yang tidak biasa dalam shalat, ia harus berkata, 'Sub Han Allah'." Kemudian Nabi memandang ke arah Abu Bakar dan bertanya, "Apa yang menghalangi Anda untuk memimpin shalat ketika saya memberi isyarat kepada Anda untuk melanjutkan?" Abu Bakar menjawab, "Tidak pantas putra Al Quhafa memimpin shalat di hadapan Rasulullah (صلى الله عليه وسلم).
Tindakan saat Shalat
Kitab: Sahih al-Bukhari | Referensi Hadis: Sahih al-Bukhari 1218
Komentar tentang Insiden
Narasi ini menetapkan beberapa keputusan penting mengenai shalat. Keterlambatan Nabi karena upaya rekonsiliasi menunjukkan prioritas menyelesaikan perselisihan komunitas, bahkan di atas kepemimpinan shalat berjamaah.
Asumsi kepemimpinan shalat oleh Abu Bakr menunjukkan kebolehan seorang wakil memimpin shalat ketika Imam tertahan secara tidak terhindarkan, asalkan wakil tersebut memenuhi syarat.
Keputusan tentang Bertepuk Tangan Selama Shalat
Nabi secara eksplisit melarang bertepuk tangan selama shalat, menyatakannya hanya pantas untuk wanita. Bagi pria, metode yang tepat untuk mengingatkan Imam adalah dengan mengucapkan "Subhan Allah" (Maha Suci Allah). Ini menjaga martabat dan konsentrasi shalat.
Etika Kepemimpinan Shalat
Penolakan Abu Bakr untuk terus memimpin saat kedatangan Nabi menunjukkan hak superior Imam yang ditunjuk untuk melanjutkan kepemimpinan. Pernyataannya "Tidak pantas bagi putra Al Quhafa..." mencerminkan etika Islam yang tepat dan penghormatan terhadap hierarki agama.
Prinsip Hukum yang Diperoleh
1. Kepemimpinan shalat wakil sah jika diperlukan
2. Bertepuk tangan membatalkan etika shalat bagi pria
3. "Subhan Allah" adalah metode yang ditetapkan untuk mengingatkan Imam
4. Imam asli memiliki prioritas untuk melanjutkan kepemimpinan
5. Rekonsiliasi komunitas didahulukan atas beberapa kewajiban agama