Seorang pria berkata kepada Nabi (صلى الله عليه وسلم) "Katakan kepadaku tentang perbuatan seperti itu yang akan membuatku masuk surga." Orang-orang berkata, "Ada apa dengan dia? Ada apa dengan dia?" Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Dia memiliki sesuatu untuk ditanyakan. (Apa yang sangat dia butuhkan) Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda: (Untuk masuk surga) kamu harus menyembah Allah dan jangan menganggap pasangan kepada-Nya, shalat dengan sempurna, membayar zakat dan menjaga hubungan baik dengan Kith dan kerabatmu." (Lihat Hadis No. 12, Vol 8).
Pajak Amal Wajib (Zakat)
Sahih al-Bukhari 1396
Komentar Hadis
Narasi yang mendalam ini menetapkan pilar-pilar dasar Islam yang mengarah ke Surga. Keterdesakan penanya menunjukkan kerinduan yang tulus akan keselamatan, yang diakui Nabi sebagai pencarian spiritual yang mulia.
Tanggapan dimulai dengan Tauhid - menyembah Allah saja tanpa sekutu - sebagai syarat utama untuk keselamatan. Ini menetapkan akidah yang benar sebelum tindakan apa pun.
Shalat (Salah) dan Zakat dipasangkan bersama dalam banyak ayat Al-Qur'an dan hadis, menunjukkan hubungan yang tak terpisahkan dalam praktik Islam. Zakat di sini mewakili aspek keuangan ibadah, menyucikan kekayaan dan mendukung komunitas.
Mempertahankan ikatan kekerabatan (Silat al-Rahim) melengkapi kerangka spiritual dengan menangani kewajiban sosial. Jawaban komprehensif ini mencakup hubungan seseorang dengan Allah melalui Tauhid dan Shalat, dengan masyarakat melalui Zakat, dan dengan keluarga melalui ikatan kekerabatan - membentuk jalan lengkap menuju Surga.
Wawasan Ilmiah
Imam al-Nawawi berkomentar bahwa hadis ini mengandung inti ajaran Islam, menggabungkan hak-hak Allah dan hak-hak ciptaan.
Ibn Hajar al-Asqalani mencatat bahwa pemasangan Shalat dan Zakat menandakan keseimbangan antara pemurnian spiritual dan material dalam kehidupan seorang Muslim.
Ulama klasik menekankan bahwa tindakan-tindakan ini harus dilakukan dengan keikhlasan (ikhlas) dan sesuai dengan Sunnah untuk menghasilkan pahala penuhnya.