حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ الْحَكَمُ ـ هُوَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْبَصْرِيُّ ـ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ آيَةُ الصَّدَقَةِ كُنَّا نُحَامِلُ، فَجَاءَ رَجُلٌ فَتَصَدَّقَ بِشَىْءٍ كَثِيرٍ فَقَالُوا مُرَائِي‏.‏ وَجَاءَ رَجُلٌ فَتَصَدَّقَ بِصَاعٍ فَقَالُوا إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنْ صَاعِ هَذَا‏.‏ فَنَزَلَتِ ‏{‏الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لاَ يَجِدُونَ إِلاَّ جُهْدَهُمْ‏}‏ الآيَةَ‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Abu Mas'ud

Ketika ayat-ayat kasih diungkapkan, kami biasa bekerja sebagai kuli angkut. Seorang pria datang dan membagikan benda-benda amal yang berlimpah. Dan mereka (orang-orang) berkata, "Dia sedang pamer." Dan seorang lagi datang dan memberikan Sa (sedikit biji-bijian makanan); mereka berkata, "Allah tidak membutuhkan sedekah yang kecil ini." Dan kemudian Inspirasi Ilahi datang: "Mereka yang mengkritik orang-orang percaya yang memberi dalam amal secara sukarela dan mereka yang tidak dapat menemukan untuk memberi dalam amal kecuali apa yang tersedia bagi mereka." (9.79).

Comment

Konteks dan Kesempatan Wahyu

Narasi ini dari Sahih al-Bukhari 1415 menggambarkan keadaan seputar turunnya ayat 79 dari Surah At-Tawbah. Para Sahabat terlibat dalam pekerjaan manual sebagai kuli ketika ayat-ayat sedekah diturunkan, menunjukkan keadaan ekonomi mereka yang sederhana.

Dua kasus yang kontras muncul: satu individu kaya memberikan dengan berlimpah tetapi dituduh pamer (riya'), sementara sahabat miskin lainnya hanya memberikan takaran kecil (Sa') tetapi diejek karena ketidakberartiannya.

Komentar Ulama tentang Dua Kasus

Kasus pertama mengajarkan bahwa mempertanyakan keikhlasan pemberi sedekah adalah terlarang. Bahkan jika seseorang memberikan dengan berlimpah, kita tidak dapat menilai niat mereka - urusan ini hanya milik Allah semata. Tuduhan "pamer" merupakan gibah dan fitnah.

Kasus kedua menunjukkan kesalahan besar dalam meremehkan sedekah kecil. Sebuah Sa' (sekitar 3 kg) mungkin tampak tidak berarti bagi orang, tetapi Allah menerima amal berdasarkan keikhlasan dan kemampuan, bukan kuantitas. Sedekah orang miskin mungkin lebih dicintai Allah daripada jumlah yang lebih besar dari orang kaya.

Implikasi Hukum dan Spiritual

Hadis ini menetapkan bahwa mengejek atau mengkritik tindakan amal umat beriman - baik karena memberi terlalu banyak atau terlalu sedikit - merupakan dosa besar. Kritik semacam itu menghapus pahala baik pemberi maupun pengkritik.

Ulama menyimpulkan bahwa sedekah harus diterima dengan syukur terlepas dari jumlahnya, dan kita harus berprasangka baik tentang niat Muslim. Fokus harus pada mendorong sedekah daripada menghalanginya melalui kritik.

Tanggapan ilahi dalam Quran 9:79 mengonfirmasi pembelaan Allah terhadap pemberi kaya yang ikhlas dan pemberi miskin yang berjuang, menyatukan Ummah dalam dukungan timbal balik daripada perpecahan.