Setiap kali Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) (p.b.u.h) memerintahkan kami untuk bersedekah, kami biasa pergi ke pasar dan bekerja sebagai kuli dan mendapatkan Mudd (ukuran khusus biji-bijian) dan kemudian memberikannya sebagai amal. (Itu adalah hari-hari kemiskinan) dan hari ini beberapa dari kita memiliki seratus ribu.
Teks dan Konteks Hadis
"Setiap kali Rasulullah (ﷺ) (s.a.w.) memerintahkan kami untuk bersedekah, kami pergi ke pasar dan bekerja sebagai kuli angkut dan mendapatkan satu Mudd (ukuran khusus biji-bijian) lalu memberikannya sebagai sedekah. (Itu adalah masa kemiskinan) dan hari ini beberapa dari kami memiliki seratus ribu." (Sahih al-Bukhari 1416)
Komentar tentang Perjuangan Para Sahabat
Riwayat ini menunjukkan komitmen luar biasa dari Muslim awal untuk memenuhi kewajiban agama mereka. Ketika diperintahkan untuk bersedekah, mereka tidak membuat alasan kemiskinan tetapi secara aktif mencari cara yang halal untuk mendapatkan penghasilan agar dapat bersedekah.
Bekerja sebagai kuli angkut (hammalun) dianggap sebagai pekerjaan rendah, namun para Sahabat menerimanya dengan rela untuk menaati perintah Allah melalui Rasul-Nya. Ini mencerminkan ketundukan total mereka (islam) dan kemurnian iman mereka (iman).
Signifikansi Mudd
Mudd adalah sekitar 0,688 liter biji-bijian - jumlah yang sederhana menurut standar material, tetapi sangat besar nilainya secara spiritual ketika diberikan dengan tulus. Ini mengajarkan kita bahwa dalam sedekah, niat dan usaha lebih penting daripada kuantitas.
Nabi Muhammad (ﷺ) bersabda: "Sedekah yang paling dicintai adalah yang diberikan ketika kamu kaya, dan kamu harus memulai dengan mereka yang menjadi tanggung jawabmu." Hadis ini melengkapi teks kami dengan menunjukkan bahwa sedekah di saat membutuhkan memiliki keutamaan khusus.
Kontras Antara Era
Komentar narator tentang beberapa Sahabat yang kemudian memiliki "seratus ribu" berfungsi sebagai pelajaran ilahi: mereka yang berkorban demi Allah sering diberi imbalan dengan peningkatan di dunia dan akhirat.
Kontras ini menyoroti kebijaksanaan Allah dalam menguji manusia dengan kemiskinan dan kekayaan. Muslim awal diuji dengan kesulitan untuk memurnikan iman mereka, sementara generasi kemudian diuji dengan kekayaan untuk melihat apakah mereka akan tetap bersyukur dan dermawan.
Pelajaran Praktis untuk Zakat
Hadis ini menekankan bahwa Zakat dan sedekah adalah wajib terlepas dari situasi keuangan seseorang. Jika seseorang tidak memiliki dana, mereka harus mencari pekerjaan yang halal untuk memenuhi rukun Islam ini.
Usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan untuk sedekah membawa pahala tersendiri terpisah dari pahala memberi. Ini mendorong Muslim untuk proaktif dalam memenuhi kewajiban keuangan mereka kepada Allah dan kepada yang membutuhkan.
Transformasi dari kemiskinan menjadi kekayaan di antara para Sahabat menunjukkan janji Allah: "Dan apa pun yang kamu belanjakan dari sesuatu (di Jalan Allah), Dia akan menggantinya." (Saba 34:39)