Beberapa istri Nabi (صلى الله عليه وسلم) bertanya kepadanya, "Siapakah di antara kami yang akan menjadi yang pertama mengikuti Anda (yaitu mati setelah Anda)?" Dia berkata, "Siapa pun yang memiliki tangan terpanjang." Jadi mereka mulai mengukur tangan mereka dengan tongkat dan tangan Sauda ternyata yang terpanjang. (Ketika Zainab binti Jahsh meninggal pertama-tama dalam kekhalifahan 'Umar), kita mengetahui bahwa tangan panjang adalah simbol praktik amal, jadi dia adalah orang pertama yang mengikuti Nabi (صلى الله عليه وسلم) dan dia dulu suka mempraktikkan amal. (Sauda meninggal kemudian di kekhalifahan Muawiya).
Pajak Amal Wajib (Zakat)
Sahih al-Bukhari 1420
Komentar Hadis
Narasi ini dari Sahih al-Bukhari mengandung hikmah mendalam mengenai jasa spiritual dan pengetahuan ilahi. Tanggapan Nabi, "Siapa yang memiliki tangan terpanjang," awalnya disalahpahami oleh istri-istrinya sebagai merujuk pada pengukuran fisik, padahal sebenarnya itu menunjukkan kedudukan spiritual melalui perbuatan amal.
Istilah "tangan panjang" (ṭūl al-yad) dalam bahasa Arab klasik menunjukkan kemurahan hati dan pemberian yang melimpah, karena seseorang dengan tangan panjang dapat menjangkau lebih jauh untuk memberi kepada orang lain. Ekspresi metaforis ini menunjukkan bagaimana Nabi sering berbicara dalam bahasa yang halus dan penuh hikmah yang memerlukan kontemplasi yang lebih dalam.
Peristiwa selanjutnya mengungkap makna sebenarnya ketika Zainab binti Jahsh - dikenal karena amalnya yang luar biasa - meninggal terlebih dahulu setelah Nabi. Ini mengonfirmasi bahwa kesiapan spiritual untuk bertemu Allah datang melalui tindakan saleh, khususnya amal, yang memperpanjang "tangan" spiritual seseorang menuju keridhaan ilahi.
Kesalahpahaman di antara istri-istri tersebut menyoroti bagaimana kebenaran ilahi kadang-kadang terselubung dalam bahasa metaforis, memerlukan wahyu dan manifestasi praktis untuk pemahaman penuh. Pemahaman akhir bahwa Sauda sebenarnya memiliki tangan terpanjang dalam amal menunjukkan bahwa realitas spiritual mungkin berbeda dari penampilan awal.
Wawasan Ilmiah
Ulama klasik mencatat bahwa amal (sadaqah) memiliki status yang sangat besar dalam Islam, karena ia memurnikan kekayaan, menunjukkan rasa syukur kepada Allah, dan bermanfaat bagi masyarakat. Hadis ini menekankan bahwa orang yang paling dicintai Allah adalah mereka yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Imam Ibn Hajar al-Asqalani berkomentar bahwa narasi ini menunjukkan bagaimana para Sahabat terus-menerus merenungkan pernyataan Nabi, mencari pemahaman yang lebih dalam seiring peristiwa berlangsung. Ini mencontohkan kepatuhan yang tepat pada Sunnah - tidak hanya menghafal kata-kata, tetapi memahami makna melalui pengalaman hidup.
Klarifikasi kronologis mengenai kematian Sauda yang kemudian selama kekhalifahan Muawiyah menunjukkan pelestarian akurasi historis yang teliti dalam transmisi hadis, memastikan tidak ada kebingungan yang timbul tentang urutan peristiwa.