Ketika saya duduk bersama Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) (p.b.u.h) dua orang datang kepadanya; Salah satu dari mereka mengeluh tentang kemiskinannya dan yang lainnya mengeluh tentang prevalensi perampokan. Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Mengenai pencurian dan perampokan, akan segera tiba saatnya sebuah kafilah akan pergi ke Mekah (dari Madinah) tanpa penjaga. Dan mengenai kemiskinan, tidak akan ditetapkan pada saat (hari kiamat) sampai salah seorang dari kamu berkeliaran dengan tujuan amalnya dan tidak akan menemukan sesiapapun untuk menerimanya Dan (tidak diragukan lagi) kamu masing-masing akan berdiri di hadapan Allah dan tidak akan ada tirai atau penafsir antara dia dan Allah. dan Allah akan bertanya kepadanya: 'Bukankah aku memberi engkau kekayaan?' Dia akan menjawab dengan setuju. Allah selanjutnya akan bertanya, 'Bukankah mengirim seorang utusan kepadamu?' Dan sekali lagi orang itu akan menjawab dengan tegas Kemudian dia akan melihat ke kanannya dan dia tidak akan melihat apa-apa selain api neraka, dan kemudian dia akan melihat ke kirinya dan tidak akan melihat apa-apa selain api neraka. Jadi, setiap (masing-masing) dari kamu harus menyelamatkan dirinya dari api bahkan dengan memberikan setengah dari buah kurma (dalam sedekah). Dan jika Anda tidak menemukan buah kurma aula, maka (Anda dapat melakukannya dengan mengucapkan) kata-kata yang menyenangkan (kepada saudara-saudara Anda). (Lihat Hadis No. 793 Vol. 4).
Konteks dan Signifikansi Hadis
Narasi mendalam dari Sahih al-Bukhari 1413 ini menyajikan dua tanda kenabian yang berbeda mengenai kemiskinan dan keamanan, sambil menekankan akuntabilitas tertinggi di hadapan Allah. Latar menunjukkan aksesibilitas Nabi kepada orang biasa dan kebijaksanaannya dalam menangani kekhawatiran duniawi langsung dan realitas spiritual abadi.
Komentar Ulama tentang Kemiskinan dan Amal
Keluhan tentang kemiskinan mencerminkan kekhawatiran duniawi yang sah, namun Nabi mengalihkan perhatian pada kemiskinan spiritual yang lebih besar karena gagal memberikan amal ketika seseorang memiliki kemampuan. Deskripsi orang-orang yang berkeliaran dengan amal yang tidak dapat diterima menunjukkan kelimpahan masa depan dan penurunan spiritual.
Ulama klasik seperti Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan ini sebagai tanda mendekatnya Qiyamah di mana kekayaan materi akan melimpah tetapi penerima zakat yang tulus akan langka, baik karena kekayaan yang meluas atau kurangnya niat saleh dalam memberi.
Akuntabilitas Tertinggi
Deskripsi hidup berdiri di hadapan Allah tanpa perantara apa pun menekankan hubungan langsung antara Pencipta dan ciptaan. Ulama menekankan bahwa pertanyaan Allah tentang kekayaan dan utusan menyoroti dua berkah utama yang menjadi tanggung jawab manusia: penyediaan materi dan bimbingan ilahi.
Imam al-Nawawi berkomentar bahwa adegan ini menunjukkan bagaimana harta duniawi menjadi saksi baik untuk atau melawan pemiliknya pada Hari Kiamat, tergantung pada bagaimana mereka digunakan dalam ketaatan kepada perintah Allah.
Implementasi Praktis Amal
Instruksi Nabi untuk menyelamatkan diri dari Neraka bahkan dengan setengah kurma menetapkan prinsip bahwa amal tidak diukur oleh jumlah tetapi oleh ketulusan dan konsistensi. Ini mengakomodasi semua tingkat ekonomi dalam memenuhi kewajiban zakat dan amal sukarela.
Ketika amal materi tidak mungkin, "kata yang baik dan menyenangkan" berfungsi sebagai amal spiritual. Ulama seperti Ibn Rajab al-Hanbali menjelaskan ini termasuk ucapan baik, mengajarkan ilmu, memberikan nasihat, atau bahkan tersenyum kepada sesama Muslim - semua bentuk amal yang dihadiahi oleh Allah.
Tanda-Tanda Eskatologis
Keamanan yang dijelaskan di mana kafilah bepergian tanpa penjaga menunjukkan periode damai sementara sebelum cobaan yang lebih besar. Ulama mencatat ini mungkin merujuk pada pemerintahan penguasa yang adil atau periode tertentu dalam sejarah Islam di mana hukum Islam diterapkan dengan benar.
Gabungan dari dua tanda ini - keamanan dan kelimpahan dengan kesulitan dalam memberikan amal - menggambarkan ujian baik kesulitan dan kemakmuran yang harus dihadapi orang beriman sambil menjaga kesadaran akan kembalinya mereka yang tertinggi kepada Allah.