Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Doa seseorang yang melakukan Hadath (buang air kecil, tinja atau angin) tidak diterima sampai dia berwudhu." Seseorang dari Hadaramout bertanya kepada Abu Huraira, "Apa itu 'Hadath'?" Abu Huraira menjawab, "'Hadath' berarti berlalunya angin."
Teks & Konteks Hadis
Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Sholat seseorang yang melakukan Hadats (mengeluarkan air seni, tinja, atau angin) tidak diterima sampai dia melakukan wudhu." Seorang dari Hadramaut bertanya kepada Abu Huraira, "Apa itu 'Hadats'?" Abu Huraira menjawab, " 'Hadats' berarti mengeluarkan angin."
Referensi: Sahih al-Bukhari 135 | Kitab: Wudhu
Makna Hadats
Istilah "Hadats" merujuk pada ketidakmurnian ritual yang membatalkan keadaan suci seseorang (wudhu). Ada dua jenis: Hadats Akbar (ketidakmurnian besar yang memerlukan mandi junub) dan Hadats Asghar (ketidakmurnian kecil yang memerlukan wudhu). Hadis ini secara khusus membahas Hadats Asghar.
Penjelasan oleh Abu Huraira (RA) bahwa Hadats termasuk "mengeluarkan angin" menunjukkan bahwa bahkan emisi terkecil dari bagian pribadi membatalkan wudhu seseorang, menekankan sifat komprehensif dari persyaratan kemurnian ritual.
Keputusan Hukum yang Diambil
Hadis ini menetapkan bahwa sholat tanpa wudhu sementara dalam keadaan Hadats tidak sah dan tidak diterima oleh Allah. Kondisi kemurnian adalah fundamental bagi keabsahan sholat.
Para ulama sepakat bahwa mengeluarkan angin, air seni, atau tinja membatalkan wudhu berdasarkan bukti tekstual yang jelas ini. Keputusan ini berlaku terlepas dari jumlah yang dikeluarkan.
Pertukaran dengan orang dari Hadramaut menunjukkan pendekatan Sahabat yang teliti dalam memahami teks agama dan memastikan penerapan yang tepat dari keputusan Islam.
Signifikansi Spiritual
Ajaran ini menekankan pentingnya kebersihan fisik dan spiritual ketika berdiri di hadapan Allah dalam sholat. Kemurnian adalah kondisi lahiriah dan keadaan batin penghormatan.
Kewajiban untuk memperbarui wudhu setelah Hadats berfungsi sebagai pengingat konstan tentang sifat manusia kita dan kebutuhan akan pembaruan spiritual yang berkelanjutan ketika mendekati Yang Ilahi.