حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَازِمٍ، قَالَ حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ طَاوُسٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ ‏"‏ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ‏"‏‏.‏ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً، فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ، فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً‏.‏ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ، لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ ‏"‏ لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا ‏"‏‏.‏ قَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى وَحَدَّثَنَا وَكِيعٌ قَالَ حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ قَالَ سَمِعْتُ مُجَاهِدًا مِثْلَهُ ‏"‏ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Ibnu 'Abbas

Nabi (صلى الله عليه وسلم) pernah melewati dua kuburan dan bersabda, "Kedua orang ini disiksa bukan karena dosa besar (untuk dihindari). Salah satu dari mereka tidak pernah menyelamatkan dirinya dari kotoran dengan urinnya, sementara yang lain biasa melakukan fitnah (untuk membuat permusuhan di antara teman-teman)." Nabi (صلى الله عليه وسلم) kemudian mengambil daun hijau dari pohon kurma, membaginya menjadi (potongan-potongan) dan menempelkan satu di setiap kuburan. Mereka berkata, "Wahai Rasul Allah! Mengapa Anda melakukannya?" Dia menjawab, "Saya berharap hukuman mereka dapat dikurangi sampai ini (potongan-potongan daun) menjadi kering." (Lihat catatan kaki Hadis 215).

Comment

Dosa Kelalaian dalam Penyucian Urin

Individu pertama yang disebutkan dalam narasi ini dihukum karena kelalaiannya dalam membersihkan diri dari urin dengan benar. Ini menunjukkan betapa pentingnya Islam menempatkan kesucian ritual (taharah). Para ulama menjelaskan bahwa ini merujuk pada seseorang yang tidak mengambil perawatan yang memadai untuk memastikan tidak ada tetesan urin yang mengotori tubuh atau pakaiannya setelah buang air kecil.

Imam Ibn Hajar al-Asqalani berkomentar dalam Fath al-Bari bahwa hukuman ini menunjukkan bagaimana kelalaian kecil dalam penyucian dapat memiliki konsekuensi serius di Akhirat. Persyaratan untuk membersihkan diri secara menyeluruh dari najasah (kotoran) adalah aspek mendasar dari kebersihan dan ibadah Islam.

Sifat Berat dari Adu Domba

Orang kedua dihukum karena namimah, yang merujuk pada menyebarkan gosip jahat dan menyebabkan perselisihan di antara orang-orang. Para ulama mendefinisikan namimah sebagai membawa ucapan dari satu pihak ke pihak lain dengan niat menyebabkan kerusakan dan memutuskan hubungan.

Imam al-Nawawi menjelaskan dalam komentarnya tentang Sahih Muslim bahwa namimah termasuk di antara dosa-dosa besar karena konsekuensi sosialnya yang merusak. Itu memutus ikatan persaudaraan, menyebarkan permusuhan, dan merusak komunitas. Keparahan dosa ini ditekankan dengan dimasukkannya bersama kelalaian dalam penyucian sebagai penyebab hukuman di kubur.

Syafaat dan Rahmat Nabi

Tindakan Nabi menempatkan daun kurma segar di atas kuburan menunjukkan belas kasihannya yang besar dan perannya sebagai pemberi syafaat bagi umatnya. Para ulama mencatat bahwa tindakan ini adalah hak istimewa khusus yang diberikan kepada Nabi Muhammad (ﷺ) dan tidak membentuk praktik umum untuk diikuti orang lain.

Ibn al-Qayyim menjelaskan dalam Kitab al-Ruh bahwa insiden ini menunjukkan bagaimana doa dan tindakan Nabi dapat mempengaruhi kondisi orang-orang di kuburan mereka. Pengeringan daun menunjukkan sifat sementara dari syafaat ini, mengajarkan kita bahwa meskipun Nabi dapat mencari kelegaan bagi sebagian, keputusan akhir tetap berada di tangan Allah.

Pelajaran dalam Tanggung Jawab Pribadi

Hadis ini menekankan bahwa Muslim harus mengambil tanggung jawab pribadi untuk hal-hal yang sering dianggap kecil atau pribadi. Kedua dosa yang disebutkan - kelalaian dalam penyucian dan adu domba - adalah tindakan yang mungkin dilakukan orang dengan berpikir bahwa itu tidak akan diperhatikan atau tidak signifikan.

Al-Qurtubi mencatat dalam tafsirnya bahwa narasi ini berfungsi sebagai pengingat yang kuat bahwa pengetahuan Allah mencakup semua hal, publik dan pribadi. Itu mengajarkan kita untuk waspada terhadap tindakan kita dalam semua aspek kehidupan, menyadari bahwa bahkan apa yang kita anggap sebagai kelalaian kecil dapat memiliki konsekuensi spiritual yang serius.