عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ جَاءَ مَسْجِدي هَذَا لم يَأْته إِلَّا لِخَيْرٍ يَتَعَلَّمُهُ أَوْ يُعَلِّمُهُ فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَنْ جَاءَ لِغَيْرِ ذَلِكَ فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الرَّجُلِ يَنْظُرُ إِلَى مَتَاعِ غَيْرِهِ» . رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالْبَيْهَقِيُّ فِي شُعَبِ الْإِيمَانِ
Salin
Anas berkata bahwa Nabi melihat lendir di arah kiblat dan ketidaksenangannya terlihat jelas di wajahnya, maka dia bangkit, mengikisnya dengan tangannya dan berkata, “Apabila salah seorang di antara kamu bangun untuk shalat, dia hanya berbincang dengan Tuhannya, dan Tuhannya berada di antara dia dan kiblat, maka tidak seorang pun dari kamu boleh meludah ke arah kiblat, kecuali ke sisi kirinya. atau di bawah kakinya.” Kemudian dia mengambil ujung jubahnya, meludahkannya, melipatnya dan berkata, “Atau dia boleh melakukannya.” Bukhari mengirimkannya.