عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ الشَّيْطَانَ ذِئْبُ الْإِنْسَانِ كَذِئْبِ الْغَنَمِ يَأْخُذُ الشَّاذَّةَ وَالْقَاصِيَةَ وَالنَّاحِيَةَ وَإِيَاكُمْ وَالشِّعَابَ وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَالْعَامَّةِ» . رَوَاهُ أَحْمد
Terjemahan

Ibnu Mas'ud melaporkan utusan Tuhan yang mengatakan, "Allah telah mengemukakan sebagai perumpamaan jalan lurus yang di sisi-sisinya ada dinding dengan pintu terbuka di mana tirai digantung. Di puncak jalan ada orang yang memanggil, 'Pergilah lurus di jalan dan jangan mengikuti jalan yang tidak teratur.' Di atas itu ada orang lain yang berteriak sesering siapa pun mencoba membuka salah satu dari pintu-pintu itu, 'Celakalah kamu! jangan membukanya, karena jika kamu membukanya, kamu akan melewatinya.'" Dia kemudian menafsirkannya dengan mengatakan bahwa jalan itu adalah Islam, pintu yang terbuka adalah hal-hal yang telah dilarang Tuhan, tirai yang menggantung adalah batas-batas yang telah ditetapkan Tuhan, seruan di puncak jalan adalah Al-Qur'an, dan yang di atasnya adalah monitor Tuhan di hati setiap orang beriman. Razin dan Ahmad menyebarkannya. Baihaqi menyebarkannya dalam Shu'ab al-iman dari an-Nawwas b. Sim'an, seperti yang dilakukan Tirmidzi dalam bentuk yang lebih ringkas.