عَن أبي أَيُّوب قَالَ: كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُرِّبَ طَعَامٌ فَلَمْ أَرَ طَعَامًا كَانَ أَعْظَمَ بَرَكَةً مِنْهُ أَوَّلَ مَا أَكَلْنَا وَلَا أَقَلَّ بَرَكَةً فِي آخِرِهِ قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ هَذَا؟ قَالَ: «إِنَّا ذَكَرْنَا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ حِينَ أَكَلْنَا ثُمَّ قَعَدَ مَنْ أَكَلَ وَلَمْ يُسَمِّ اللَّهَ فَأَكَلَ مَعَهُ الشَّيْطَانُ» . رَوَاهُ فِي شرح السّنة
Terjemahan

Anas mengatakan utusan Tuhan menyukai apa yang ada di dasar pot.* *Mirqat, iv, 381 memiliki diskusi yang cukup panjang tentang arti thufl. Artinya 'ampas', atau 'apa yang tenggelam ke bawah'. Preferensi untuk makna dalam terjemahan di atas dikatakan “baik karena apa yang ada di dasar panci dimasak lebih lama dan lebih baik daripada yang lain, atau karena Nabi suka orang lain disajikan terlebih dahulu. Juga disarankan bahwa di sini thufl berarti tharid. Tirmidhi dan Baihaqi, dalam Shu'ab al-iman, mentransmisikannya.