عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا أَتَيْتُمُ الْغَائِطَ فَلَا تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلَا تَسْتَدْبِرُوهَا وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا» قَالَ الشَّيْخ الإِمَام محيي السّنة : هَذَا الْحَدِيثُ فِي الصَّحْرَاءِ وَأَمَّا فِي الْبُنْيَانِ فَلَا بَأْس لما رُوِيَ: عَن عبد الله بن عمر قَالَ: ارْتَقَيْتُ فَوْقَ بَيْتِ حَفْصَةَ لِبَعْضِ حَاجَتِي فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقْضِي حَاجته مستدبر الْقبْلَة مُسْتَقْبل الشَّام
Terjemahan

Abu Ayyub al-Ansari melaporkan rasulullah yang mengatakan, "Ketika kamu pergi ke toilet, jangan menghadap atau membelakangi kiblat [Ka'bah di Mekah], tetapi berbeloklah ke arah timur atau barat." (Bukhari dan Muslim.) Syekh dan imam Muhyi as-Sunnah mengatakan bahwa tradisi ini berlaku untuk padang pasir, tetapi di daerah yang terbangun itu tidak masalah, karena apa yang diturunkan dari 'Abdallah b. 'Umar yang berkata, "Aku naik ke atap rumah Hafsa untuk suatu tujuan dan melihat utusan Tuhan sedang melepaskan diri menghadap ke Suriah, dengan punggung menghadap kiblat." (Bukhari dan Muslim.)