Muhammad, atau Abu al-Qasim, sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia akan membawa Langit pada hari kiamat dengan satu jari dan bumi di atas satu jari dan gunung-gunung dan pohon-pohon di atas satu jari dan lautan dan bumi yang lembab di atas satu jari, dan sesungguhnya seluruh ciptaan di atas satu jari, dan kemudian Dia akan menggerakkan mereka dan berfirman: Akulah Tuhanmu, akulah Tuhanmu. Setelah itu Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) tersenyum bersaksi apa yang dikatakan ulama itu. Dia kemudian membacakan ayat ini: "Dan mereka tidak menghormati Allah dengan kehormatan yang sepatutnya bagi-Nya; dan seluruh bumi akan berada dalam cengkeraman-Nya pada hari kiamat, dan langit digulung oleh tangan kanan-Nya. Kemuliaan bagi-Nya, aku dan Yang Maha Tinggi Dia melebihi apa yang mereka kaitkan (dengan-Nya)" (Az-Zumar:67).
Keagungan Kekuatan Ilahi
Narasi mendalam dari Sahih Muslim 2786 a ini mengungkapkan kedaulatan mutlak Allah atas ciptaan. Gambaran Allah memegang seluruh ciptaan - langit, bumi, gunung, pohon, lautan, dan semua keberadaan - di atas satu jari menunjukkan kekuatan-Nya yang tak terbatas dan ketidakberartian ciptaan di hadapan keagungan-Nya.
Signifikansi Teologis
Senyuman Nabi mengonfirmasi kebenaran deskripsi ini, menegaskan sifat-sifat Allah tanpa menyamakan-Nya dengan ciptaan (tanzih). Narasi ini menyangkal mereka yang menyangkal sifat-sifat Allah sambil mempertahankan transendensi-Nya di atas pemahaman manusia.
Ayat Al-Quran yang menyertainya dari Surah Az-Zumar (39:67) memperkuat konsep ini, menunjukkan bahwa ukuran duniawi tidak dapat memahami realitas Ilahi. Seluruh alam semesta yang tampak luas bagi kita hanyalah ciptaan kecil di tangan Allah.
Pelajaran Spiritual
Ajaran ini menanamkan rasa takut dan hormat yang tepat kepada Allah, memperbaiki kesalahpahaman manusia tentang kebesaran-Nya. Ini mengingatkan orang beriman bahwa kehormatan sejati hanya milik Allah, dan semua ciptaan pada akhirnya akan mengakui kekuasaan-Nya pada Hari Kiamat.
Pernyataan "Aku adalah Tuhanmu" berfungsi sebagai kebenaran tertinggi yang akan disaksikan setiap jiwa, tidak menyisakan ruang untuk penyangkalan atau politeisme ketika dihadapkan dengan demonstrasi kekuatan Ilahi yang luar biasa ini.