Ada pohon di antara pohon-pohon, yang daunnya tidak layu dan itu seperti seorang Muslim; Katakan padaku (pohon) yang mana? Orang-orang mulai memikirkan pepohonan di hutan. Abdullah berkata: Saya pikir itu bisa jadi pohon kurma, tetapi saya merasa ragu (untuk mengatakan itu). Mereka (para sahabat) kemudian berkata: Rasulullah, (dengan baik) katakan kepada kami yang mana itu? Setelah itu dia berkata: Itu adalah pohon kurma. Aku menyebutkan hal itu kepada 'Umar, dan kemudian dia berkata: Seandainya kamu mengatakan bahwa itu berarti pohon kurma, pernyataanmu ini (akan lebih berharga bagiku) daripada hal-hal ini dan itu.
Komentar Hadis: Perumpamaan Orang Beriman
Narasi mendalam dari Sahih Muslim (2811a) ini menyajikan analogi yang indah di mana Nabi Muhammad ﷺ membandingkan orang beriman dengan pohon hijau abadi yang unik. Kontemplasi awal Para Sahabat terhadap berbagai pohon hutan menunjukkan keinginan tulus mereka untuk memahami perumpamaan agama secara mendalam. Keraguan mereka untuk menjawab terlalu dini mencerminkan adab (etiket) yang tepat dengan pengetahuan suci, menunggu penjelasan definitif dari Rasulullah ﷺ sendiri.
Signifikansi Pohon Kurma
Pohon kurma memiliki karakteristik luar biasa yang dengan sempurna mencerminkan kualitas seorang Muslim sejati: daunnya tetap hijau sepanjang tahun, melambangkan keadaan iman dan amal baik orang beriman yang konstan; akarnya tertanam dalam, mewakili keyakinan kuat dalam Tauhid; ia menghasilkan buah manis secara terus-menerus, analog dengan pengetahuan bermanfaat dan tindakan saleh seorang Muslim; setiap bagian pohon kurma memiliki tujuan, sama seperti setiap aspek kehidupan seorang Muslim harus dalam pelayanan kepada Allah.
Pelajaran Spiritual dan Tanggapan Umar
Intuisi awal Abdullah bin Umar yang benar diikuti oleh kerendahan hatinya dalam tidak berbicara menunjukkan keseimbangan antara pencarian intelektual dan perilaku yang tepat dalam pertemuan keagamaan. Pernyataan Umar bin al-Khattab selanjutnya menyoroti nilai besar yang ditempatkan pada pemahaman agama dalam Islam awal - di mana pemahaman yang benar tentang satu perumpamaan kenabian dianggap lebih berharga daripada harta duniawi. Ini mengajarkan kita bahwa wawasan spiritual adalah di antara harta terbesar yang dapat dicapai seorang Muslim.