Anas melaporkan bahwa orang-orang Mekah menuntut kepada Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) agar dia menunjukkan kepada mereka (beberapa) tanda-tanda (mukjizat) dan dia menunjukkan dua kali lipat bulan yang terbelah. Hadlth ini telah diriwayatkan pada otoritas Anas melalui rantai pemancar lain.
Pembelahan Bulan: Sebuah Mukjizat yang Nyata
Narasi mendalam dari Sahih Muslim (2802 a, b) ini menceritakan salah satu mukjizat fisik terjelas yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ. Ketika kaum musyrik Mekah meminta tanda yang mengonfirmasi kenabiannya, Allah memanifestasikan bulan terbelah menjadi dua bagian yang berbeda di depan mata mereka.
Komentar Ulama tentang Mukjizat Bulan
Ulama klasik menekankan bahwa mukjizat ini terjadi sebagai tanggapan atas tantangan orang-orang kafir, berfungsi sebagai bukti definitif atas kebenaran Muhammad ﷺ. Bulan terlihat terpisah menjadi dua bagian—satu muncul di satu sisi gunung dan yang lain di sisi berlawanan—sebelum bersatu kembali.
Peristiwa ini termasuk dalam mukjizat "irasional" (mu'jizat) yang melampaui hukum alam, menunjukkan kekuasaan mutlak Allah atas ciptaan. Berbeda dengan mukjizat spiritual yang hanya dirasakan oleh orang-orang saleh, ini adalah tontonan publik yang disaksikan oleh orang beriman dan kafir.
Signifikansi Teologis dan Relevansi Kontemporer
Pembelahan bulan menegaskan ayat Al-Quran: "Hari Kiamat telah dekat, dan bulan telah terbelah" (54:1). Ulama mencatat ini berfungsi sebagai nubuat yang terpenuhi dan peringatan akan mendekatnya Hari Kiamat.
Mukjizat ini tetap relevan secara abadi karena menegaskan keaslian wahyu Islam dan memberikan bukti nyata bagi pencari kebenaran sepanjang generasi, memperkuat doktrin Islam fundamental tentang kemahakuasaan Allah atas alam semesta.