حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، وَأَبُو أُسَامَةَ عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ، عَنْ أَبِي مُوسَى، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ لاَ أَحَدَ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى يَسْمَعُهُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِنَّهُ يُشْرَكُ بِهِ وَيُجْعَلُ لَهُ الْوَلَدُ ثُمَّ هُوَ يُعَافِيهِمْ وَيَرْزُقُهُمْ ‏"‏ ‏.‏ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ، وَأَبُو سَعِيدٍ الأَشَجُّ قَالاَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ السُّلَمِيِّ، عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ‏.‏ بِمِثْلِهِ إِلاَّ قَوْلَهُ ‏"‏ وَيُجْعَلُ لَهُ الْوَلَدُ ‏"‏ ‏.‏ فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ ‏.‏
Terjemahan
Abu Musa melaporkan bahwa Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda

Tidak ada yang lebih sabar dalam mendengarkan hal-hal yang paling menjengkelkan daripada Allah, Yang Maha Mulia. 'Kemitraan dikaitkan dengan-Nya (politeisme), dan (kebapaan) seorang anak dikaitkan dengan-Nya, tetapi meskipun demikian Dia melindungi mereka (manusia) dan memberi mereka rezeki.' Hadis ini telah diturunkan atas otoritas Abu Musa dengan sedikit variasi kata-kata.

Comment

Paparan Kesabaran Ilahi

Hadis dari Sahih Muslim 2804 a, b mengungkapkan sifat tertinggi Allah yaitu kesabaran (as-sabr). Allah menahan apa yang tidak bisa ditoleransi oleh makhluk ciptaan - pengaitan sekutu kepada-Nya dalam ketuhanan (syirik) dan pengaitan keturunan kepada Sang Pencipta. Ini merupakan ketidakadilan terberat terhadap keagungan ilahi-Nya.

Implikasi Teologis

Kesabaran Allah menunjukkan kemandirian-Nya yang sempurna dari ciptaan. Dia tidak berkurang oleh ketidakpercayaan mereka maupun bertambah oleh ibadah mereka. Penyediaan-Nya yang terus-menerus bagi mereka yang melakukan syirik menunjukkan rahmat-Nya yang meliputi segalanya dan kecukupan diri-Nya yang sempurna (al-Ghani).

Kesabaran ilahi ini berfungsi sebagai jeda untuk pertobatan, bukan persetujuan ilahi terhadap syirik. Sebagaimana komentar Imam Nawawi: "Allah menunda hukuman untuk memberikan kesempatan bagi tawbah, menunjukkan bahwa rahmat-Nya mendahului murka-Nya."

Pelajaran Praktis

Orang beriman harus meneladani sifat ilahi ini dengan melatih kesabaran ketika dizalimi. Nabi Muhammad (semoga damai bersamanya) menunjukkan hal ini ketika dianiaya di Mekah, berdoa untuk petunjuk umatnya daripada kehancuran mereka.

Hadis ini juga memperingatkan agar tidak menganggap kesabaran Allah sebagai ketidakpedulian. Penundaan hukuman adalah ujian ilahi, dan perhitungan akhir akan menunjukkan keadilan-Nya yang sempurna.