وَحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ، وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ، جَمِيعًا عَنْ عَبْدِ الرَّزَّاقِ، - قَالَ ابْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، - أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي الْحَسَنُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ طَاوُسٍ، عَنِ ابْنِ، عَبَّاسٍ قَالَ شَهِدْتُ صَلاَةَ الْفِطْرِ مَعَ نَبِيِّ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكُلُّهُمْ يُصَلِّيهَا قَبْلَ الْخُطْبَةِ ثُمَّ يَخْطُبُ قَالَ فَنَزَلَ نَبِيُّ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ حِينَ يُجَلِّسُ الرِّجَالَ بِيَدِهِ ثُمَّ أَقْبَلَ يَشُقُّهُمْ حَتَّى جَاءَ النِّسَاءَ وَمَعَهُ بِلاَلٌ فَقَالَ ‏{‏ يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لاَ يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا‏}‏ فَتَلاَ هَذِهِ الآيَةَ حَتَّى فَرَغَ مِنْهَا ثُمَّ قَالَ حِينَ فَرَغَ مِنْهَا ‏"‏ أَنْتُنَّ عَلَى ذَلِكِ ‏"‏ فَقَالَتِ امْرَأَةٌ وَاحِدَةٌ لَمْ يُجِبْهُ غَيْرُهَا مِنْهُنَّ نَعَمْ يَا نَبِيَّ اللَّهِ لاَ يُدْرَى حِينَئِذٍ مَنْ هِيَ قَالَ ‏"‏ فَتَصَدَّقْنَ ‏"‏ ‏.‏ فَبَسَطَ بِلاَلٌ ثَوْبَهُ ثُمَّ قَالَ هَلُمَّ فِدًى لَكُنَّ أَبِي وَأُمِّي ‏.‏ فَجَعَلْنَ يُلْقِينَ الْفَتَخَ وَالْخَوَاتِمَ فِي ثَوْبِ بِلاَلٍ ‏.‏
Terjemahan
Ibnu 'Abbas dan Jaibir b. 'Abdullah al-Ansari melaporkan

Tidak ada Adzan pada (kesempatan) Id-ul-Fitr dan Id-ul-Adha. Saya (Ibnu Juraij) berkata: Saya bertanya kepadanya setelah beberapa waktu tentang hal itu. Dia ('Ata', salah satu perawi) berkata: Jabir b. 'Abdullah al-Ansari mengatakan kepadaku: Tidak ada Adzan pada Id-ul-Fitr ketika Imam keluar, atau bahkan setelah dia keluar; tidak ada lqama atau panggilan atau apapun semacam panggilan pada hari itu dan juga Iqama.

Comment

Kitab Doa - Dua Hari Raya

Sahih Muslim 886 a

Teks Hadis

Tidak ada Adhan pada (kesempatan) Id-ul-Fitr dan Id-ul-Adha. Saya (Ibn Juraij) berkata: Saya bertanya kepadanya setelah beberapa waktu tentang hal itu. Dia ('Ata', salah satu perawi) berkata: Jabir b. 'Abdullah al-Ansari memberitahu saya: Tidak ada Adhan pada Id-ul-Fitr ketika Imam keluar, bahkan setelah keluarannya; tidak ada Iqama atau panggilan atau apapun semacam panggilan pada hari itu dan tidak ada Iqama.

Komentar tentang Ketidakhadiran Adhan dan Iqama

Hadis ini menetapkan perbedaan mendasar antara lima sholat harian dan sholat Id. Ketidakhadiran Adhan dan Iqama untuk sholat Id adalah praktik Sunnah yang dikonfirmasi yang ditetapkan oleh Nabi Muhammad (semoga damai menyertainya).

Hikmah di balik keputusan ini beragam: Id adalah hari perayaan dan sukacita, dan panggilan formal untuk sholat ditiadakan untuk membedakan pertemuan jamaah ini dari sholat wajib biasa. Selain itu, waktu dan tempat untuk sholat Id sudah dikenal oleh masyarakat, membuat panggilan formal tidak diperlukan.

Keputusan Hukum (Hukm)

Konsensus ulama klasik adalah bahwa tidak hanya disarankan tetapi sebenarnya tidak disukai (makruh) untuk memberikan Adhan atau Iqama untuk sholat Id. Ini berlaku untuk kedua Id al-Fitr dan Id al-Adha.

Beberapa ahli fikih, termasuk Imam Abu Hanifah, menganggapnya tidak diizinkan (haram) untuk menetapkan panggilan formal untuk sholat Id karena itu merupakan inovasi (bid'ah) yang bertentangan dengan Sunnah yang telah ditetapkan.

Metode Mengumpulkan Orang

Sebagai pengganti Adhan, metode Sunnah untuk mengumpulkan orang untuk sholat Id adalah bagi penyeru untuk sekadar mengumumkan "al-Salah jami'ah" (Sholat sedang berkumpul) atau frasa serupa ketika Imam siap memulai. Ini cukup untuk menginformasikan mereka yang hadir tanpa menetapkan panggilan formal.

Praktik ini mempertahankan karakteristik khas Id sambil memastikan jamaah berkumpul dengan tertib untuk ibadah agama yang penting ini.