وَحَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ، وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ، جَمِيعًا عَنْ عَبْدِ الرَّزَّاقِ، - قَالَ ابْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، - أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي الْحَسَنُ بْنُ مُسْلِمٍ، عَنْ طَاوُسٍ، عَنِ ابْنِ، عَبَّاسٍ قَالَ شَهِدْتُ صَلاَةَ الْفِطْرِ مَعَ نَبِيِّ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكُلُّهُمْ يُصَلِّيهَا قَبْلَ الْخُطْبَةِ ثُمَّ يَخْطُبُ قَالَ فَنَزَلَ نَبِيُّ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَيْهِ حِينَ يُجَلِّسُ الرِّجَالَ بِيَدِهِ ثُمَّ أَقْبَلَ يَشُقُّهُمْ حَتَّى جَاءَ النِّسَاءَ وَمَعَهُ بِلاَلٌ فَقَالَ ‏{‏ يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لاَ يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا‏}‏ فَتَلاَ هَذِهِ الآيَةَ حَتَّى فَرَغَ مِنْهَا ثُمَّ قَالَ حِينَ فَرَغَ مِنْهَا ‏"‏ أَنْتُنَّ عَلَى ذَلِكِ ‏"‏ فَقَالَتِ امْرَأَةٌ وَاحِدَةٌ لَمْ يُجِبْهُ غَيْرُهَا مِنْهُنَّ نَعَمْ يَا نَبِيَّ اللَّهِ لاَ يُدْرَى حِينَئِذٍ مَنْ هِيَ قَالَ ‏"‏ فَتَصَدَّقْنَ ‏"‏ ‏.‏ فَبَسَطَ بِلاَلٌ ثَوْبَهُ ثُمَّ قَالَ هَلُمَّ فِدًى لَكُنَّ أَبِي وَأُمِّي ‏.‏ فَجَعَلْنَ يُلْقِينَ الْفَتَخَ وَالْخَوَاتِمَ فِي ثَوْبِ بِلاَلٍ ‏.‏
Terjemahan

Ibnu 'Umar melaporkan bahwa Rasulullah (صلى الله عليه وسلم), Abu Bakar dan 'Umar biasa menjalankan dua shalat 'Id sebelum khotbah.

Comment

Kitab Doa - Dua Hari Raya

Sahih Muslim 888 - Komentar oleh Ulama Klasik

Analisis Teks

Riwayat ini dari sahabat terhormat Abdullah bin 'Umar menetapkan praktik kenabian (Sunnah) mengenai urutan shalat Id dan khutbah. Tindakan konsisten Nabi Muhammad (ﷺ) bersama dua khalifah pertama yang terbimbing menunjukkan norma yang mapan.

Keputusan Hukum (Hukm)

Mayoritas ulama klasik, termasuk Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Ahmad, berpendapat bahwa melaksanakan shalat Id sebelum khutbah adalah Sunnah yang mapan. Urutan ini berbeda dengan shalat Jumat di mana khutbah mendahului shalat.

Praktik ini dianggap Sunnah yang ditekankan (Sunnah Mu'akkadah), dan penyimpangan dari urutan ini, meskipun tidak membatalkan shalat, merupakan penyimpangan dari metode yang disukai.

Hikmah di Balik Urutan

Ulama mencatat beberapa hikmah: Shalat adalah tujuan utama, sehingga didahulukan. Juga, menyampaikan khutbah setelah shalat memungkinkan jamaah untuk tenang dan perhatian. Selain itu, urutan ini memfasilitasi pelaksanaan shalat yang tepat waktu dalam waktu yang ditentukan.

Konsensus Ulama

Praktik terus-menerus Nabi dan dua khalifah pertama menetapkan ini sebagai praktik normatif komunitas Muslim awal. Rantai otoritas ini memberikan bukti kuat untuk metode yang disukai dalam melaksanakan shalat Id dalam Islam.