Aku mendengar 'Ubaid b. 'Umair berkata: Telah diriwayatkan kepadaku oleh seseorang yang aku anggap benar, (perawi berkata: Aku bisa menebak bahwa yang dia maksud adalah 'Aisyah) bahwa matahari gerhana selama masa hidup Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) dan dia berdiri (dalam shalat) untuk waktu yang sangat lama. Dia kemudian membungkuk dan kemudian berdiri dan kemudian membungkuk dan kemudian berdiri dan kemudian membungkuk, dengan demikian mengamati tiga ruku dalam dua rakaat dan empat sujud. Dia kemudian pergi dan matahari bersinar. Dia mengucapkan "Allah Maha Besar" sambil membungkuk. Dia kemudian membungkuk dan berkata: "Allah mendengarkan dia yang memuji-Nya" sambil mengangkat kepalanya. Kemudian dia berdiri, dan memuji Allah dan memuji-Nya, dan kemudian berkata: Matahari dan bulan tidak gerhana pada kematian seseorang atau pada kelahirannya. Dan keduanya adalah salah satu tanda-tanda Allah yang dengannya Allah menakut-nakuti hamba-hamba-Nya. Jadi ketika Anda melihat mereka di bawah gerhana, ingatlah Allah sampai mereka cerah.
Kitab Doa - Gerhana
Sahih Muslim 901 f - Komentar oleh Ulama Klasik
Cara Salat al-Kusuf
Doa Nabi selama gerhana matahari terdiri dari dua rakaat dengan tiga posisi ruku' (membungkuk) di setiap rakaat, menunjukkan bahwa ini adalah bentuk doa yang berbeda dengan berdiri, membungkuk, dan pembacaan yang lama.
Setiap rakaat berisi dua kali berdiri dan dua kali membungkuk, total empat sujud - mengonfirmasi bahwa doa gerhana memiliki ruku' tambahan di luar format doa biasa.
Signifikansi Teologis Gerhana
Nabi secara eksplisit menolak takhayul pra-Islam bahwa gerhana terjadi karena kelahiran atau kematian tokoh penting. Ini menetapkan pendekatan rasional Islam terhadap fenomena alam.
Gerhana ditetapkan sebagai salah satu tanda-tanda Allah (ayat) yang dimaksudkan untuk menginspirasi kekaguman dan pengingat akan Sang Pencipta, bukan ketakutan terhadap ciptaan.
Tanggapan Spiritual terhadap Peristiwa Kosmik
Tanggapan yang ditetapkan adalah keterlibatan dalam doa, mengingat Allah (dzikir), permohonan, dan mencari pengampunan hingga gerhana berakhir.
Ini mengubah fenomena alam menjadi peluang untuk pembaruan spiritual dan hubungan dengan Yang Ilahi, menyelaraskan peristiwa kosmik dengan ibadah.
Keputusan Hukum yang Diambil
Doa gerhana ditetapkan sebagai Sunnah yang dikonfirmasi (mu'akkadah) yang dilakukan secara berjamaah.
Doa ini mencakup pembacaan Al-Qur'an yang panjang dan membungkuk yang lama, membedakannya dari doa biasa dalam bentuk dan durasi.
Takbir (mengucapkan "Allahu Akbar") diucapkan ketika bergerak ke posisi membungkuk, mempertahankan karakter khidmat doa.