Ketika Rasulullah shallallahu 'shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan khotbah, matanya menjadi merah, suaranya meninggi, dan kemarahannya bertambah sehingga dia seperti orang yang memberi peringatan terhadap musuh dan berkata: "Musuh telah menyerang kamu di pagi hari dan pada malam hari juga." Dia juga akan berkata: "Jam Terakhir dan aku telah diutus seperti dua orang ini." Dan dia akan menggabungkan jari telunjuk dan jari tengahnya; dan selanjutnya akan berkata: "Perkataan terbaik diwujudkan dalam Kitab Allah, dan petunjuk terbaik adalah petunjuk yang diberikan oleh Muhammad. Dan urusan yang paling jahat adalah inovasi mereka; dan setiap inovasi adalah kesalahan." Dia lebih lanjut akan berkata: "Saya lebih disayangi oleh seorang Muslim bahkan daripada dirinya sendiri; dan dia yang meninggalkan harta milik untuk keluarganya; dan dia yang mati karena hutang atau meninggalkan anak-anak (dalam ketidakberdayaan), tanggung jawab (membayar hutangnya dan membesarkan anak-anaknya) terletak padaku."
Kitab Doa - Jumat
Sahih Muslim 867 a
Paparan Khotbah Nabi
Hadis mulia ini mengungkapkan cara mendalam di mana Utusan Allah menyampaikan khotbah Jumat-Nya. Transformasi fisiknya - mata memerah, suara meninggi, dan kemarahan yang meningkat - menunjukkan keseriusan dengan mana ia mendekati pengajaran agama. Ini bukan sekadar pidato tetapi peringatan ilahi, seperti komandan militer yang memperingatkan pasukannya akan bahaya yang akan datang. Perbandingan Nabi tentang dirinya dan Hari Kiamat dengan dua jari menggambarkan hubungan tak terpisahkan mereka; kedatangannya menandakan kedekatan Hari Akhir.
Tiga Prinsip Dasar
Pertama, keunggulan wahyu Al-Quran: "Ucapan terbaik adalah Kitab Allah" menetapkan Al-Quran sebagai kriteria utama untuk semua wacana agama. Kedua, kesempurnaan bimbingan Kenabian: "Bimbingan terbaik adalah bimbingan Muhammad" mengonfirmasi bahwa Sunnah merupakan satu-satunya interpretasi otentik dari Wahyu Ilahi. Ketiga, kecaman inovasi agama: "Setiap inovasi adalah kesalahan" berfungsi sebagai pagar pelindung di sekitar ortodoksi Islam, memperingatkan terhadap pengenalan praktik baru ke dalam agama.
Penjagaan Spiritual Nabi
Pernyataan "Aku lebih sayang kepada seorang Muslim daripada dirinya sendiri" menetapkan ikatan metafisik antara orang beriman dan Nabi. Cinta ini melampaui keterikatan duniawi dan mengharuskan memprioritaskan bimbingan Nabi di atas keinginan pribadi. Lebih lanjut, asumsi Nabi atas tanggung jawab untuk utang dan anak yatim mencontohkan perannya sebagai bapa spiritual Ummah, menetapkan prinsip bahwa komunitas Islam memikul tanggung jawab kolektif untuk anggotanya yang rentan.