حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ الرَّبِيعِ، وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالاَ حَدَّثَنَا أَبُو الأَحْوَصِ، عَنْ سِمَاكٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ، قَالَ كُنْتُ أُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَكَانَتْ صَلاَتُهُ قَصْدًا وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا ‏.‏
Terjemahan
Ja'far b. Muhammad berkata tentang otoritas ayahnya

Aku mendengar Jabir b. 'Abdullah mengatakan bahwa dalam khotbah Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) dia memuji Allah, memuji-Nya (dan kemudian mengucapkan [kata-kata lain] dan meninggikan suaranya, dan sisa hadits itu sama).

Comment

Kitab Doa - Jumat

Sahih Muslim 867 b

Konteks Hadis

Narasi ini dari Jabir ibn Abdullah menggambarkan cara Nabi menyampaikan khotbah Jumat. Teks ini menunjukkan bahwa ini adalah bagian dari hadis yang lebih panjang dengan konten serupa dengan narasi lain tentang protokol sholat Jumat.

Komentar Ilmiah

Pujian pembukaan kepada Allah (hamd) adalah metode sunnah untuk memulai khotbah, mengikuti perintah Al-Quran: "Dan nyatakanlah pujian Tuhanmu" (110:3). Suara Nabi yang ditinggikan menunjukkan pentingnya penyampaian yang terdengar agar semua jamaah dapat mengambil manfaat.

Ulama klasik mencatat bahwa struktur khotbah dimulai dengan pujian kepada Allah, diikuti dengan sholawat kepada Nabi, kemudian nasihat dan pembacaan Al-Quran. Suara yang ditinggikan mencerminkan keseriusan nasihat agama yang disampaikan.

Hadis ini menetapkan komponen penting dari khotbah, menekankan bahwa khotbah Islam yang benar harus dimulai dengan pujian ilahi dan disampaikan dengan kejelasan dan proyeksi untuk memenuhi tujuan pendidikan dan spiritualnya.