Abu Huraira melaporkan bahwa Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda. Dia yang mandi pada hari Jumat, mandi yang wajib setelah keluarnya cairan seksual dan kemudian pergi (ke masjid), dia seperti orang yang mempersembahkan unta betina sebagai korban, dan dia yang datang pada jam kedua akan menjadi seperti orang yang mempersembahkan seekor sapi, dan dia yang datang pada jam ketiga adalah orang yang hidup yang mempersembahkan seekor domba jantan dengan tanduk. dan dia yang datang pada jam keempat adalah seperti orang yang mempersembahkan seekor ayam, dan dia yang datang pada jam kelima adalah seperti orang yang mempersembahkan telur. Dan ketika Imam keluar, para malaikat juga hadir dan mendengarkan penyebutan Tuhan (khotbah).
Kitab Doa - Jumat
Sahih Muslim 850 a - Komentar oleh Imam An-Nawawi
Keutamaan Mandi Jumat
Mandi wajib yang disebutkan di sini merujuk pada ghusl al-janabah (mandi ritual setelah ketidakmurnian seksual), yang menunjukkan tingkat pemurnian tertinggi. Nabi ﷺ menggunakan analogi ini untuk menekankan pentingnya pembersihan menyeluruh sebelum salat Jumat, menjadikannya sunnah yang disarankan (mustahabb) bagi semua Muslim yang hadir, bahkan mereka yang tidak dalam keadaan ketidakmurnian besar.
Sistem Pahala Bertingkat
Skala hewan kurban yang menurun - dari unta betina hingga telur - menggambarkan pahala yang berkurang berdasarkan waktu kedatangan. Hirarki temporal ini berfungsi sebagai motivasi untuk kehadiran awal sambil mempertahankan pahala bagi yang datang kemudian. Jam pertama dimulai pada fajar, dengan setiap jam berikutnya mewakili bagian pagi hingga tengah hari.
Kehadiran Malaikat Selama Khutbah
Ketika Imam naik mimbar, malaikat turun untuk mencatat kehadiran jamaah dan mendengarkan khutbah. Perhimpunan ilahi ini menekankan sifat sakral khutbah Jumat, di mana makhluk duniawi dan surgawi berkumpul untuk mengingat Allah. Ini menekankan pentingnya mendengarkan dengan saksama dan kehadiran spiritual selama khutbah.
Implikasi Yuridis
Para ulama menyimpulkan dari hadis ini bahwa mandi Jumat sangat disarankan (sunnah mu'akkadah), kehadiran awal di masjid adalah kebajikan, dan waktu khutbah dimulai dengan kemunculan Imam di mimbar. Perbandingan pahala menggunakan nilai kurban yang familiar untuk membuat konsep spiritual terasa nyata bagi para sahabat.