Saya ditemani Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bahwa dia memberikan gambaran tentang Surga dan kemudian Rasul Allah (صلى الله عليه وسلم) menyimpulkan dengan kata-kata ini: Akan ada karunia yang tidak dilihat oleh mata dan telinga tidak pernah mendengar dan tidak ada hati manusia yang pernah melihatnya. Kemudian dia membacakan ayat ini: "Mereka meninggalkan tempat tidur (mereka), berseru kepada Tuhan mereka dalam ketakutan dan harapan, dan menghabiskan dari apa yang telah Kami berikan kepada mereka. Jadi tidak ada jiwa yang tahu apa kesegaran mata yang tersembunyi bagi mereka: upah atas apa yang mereka lakukan" (xxxii. 16-17)
Nikmat Surga yang Tak Tertandingi
Nabi Muhammad (ﷺ) menggambarkan kenikmatan Surga sebagai sesuatu yang melampaui pemahaman manusia—apa yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati. Ini menekankan sifat transenden dari pahala ilahi, melampaui semua pengalaman dan imajinasi duniawi.
Keadaan Spiritual Orang-Orang Saleh
Ayat-ayat Al-Quran (32:16-17) menyoroti tiga kebajikan utama penghuni Surga: bangun di malam hari untuk shalat (meninggalkan tempat tidur yang nyaman), memanggil Allah dengan rasa takut dan harapan, dan berinfak dari rezeki ilahi.
"Penyegaran mata" merujuk pada kegembiraan spiritual dan fisik tertinggi yang disediakan untuk orang-orang saleh—sebuah rahasia yang hanya diketahui oleh Allah, yang sempurna sesuai dengan amal mereka dalam kualitas dan besarnya.
Komentar Para Ulama
Ulama klasik menjelaskan bahwa "takut dan harapan" mewakili keadaan spiritual yang seimbang—takut akan hukuman Allah dan harapan akan rahmat-Nya. "Tempat tidur" melambangkan pengorbanan kenyamanan duniawi untuk kesenangan ilahi melalui shalat malam (Tahajjud).
Pahala tersembunyi menunjukkan kemurahan hati Allah yang tak terbatas—menyiapkan berkah yang begitu agung sehingga tetap tak terbayangkan sampai benar-benar disaksikan oleh orang-orang beriman di Akhirat.