Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang, dan kesopanan adalah cabang Iman.
Kitab Iman - Sahih Muslim 35a
"Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang, dan rasa malu adalah cabang dari Iman."
Penjelasan Hadis
Hadis mulia dari Sahih Muslim ini menetapkan bahwa iman bukanlah entitas tunggal tetapi terdiri dari banyak cabang dan aspek. Angka tujuh puluh menandakan kelipatan daripada penghitungan yang tepat, menunjukkan sifat komprehensif iman yang meresap ke semua aspek kehidupan seorang mukmin.
Cabang tertinggi adalah deklarasi "La ilaha illallah" (Tidak ada tuhan selain Allah), sementara cabang terendah melibatkan menghilangkan objek berbahaya dari jalan. Di antara keduanya terdapat berbagai tingkat iman yang mencakup keyakinan, ibadah, perilaku moral, dan interaksi sosial.
Kedudukan Rasa Malu (Al-Haya)
Rasa malu (al-haya) dipilih sebagai cabang fundamental iman karena berfungsi sebagai penghalang pelindung terhadap ketidaksenonohan dan perilaku tidak bermoral. Rasa malu sejati berasal dari kesadaran akan pengamatan Allah yang abadi, mencegah mukmin melakukan apa yang tidak disukai Yang Mahakuasa.
Sebagaimana Imam Nawawi jelaskan dalam komentarnya, rasa malu terdiri dari dua jenis: watak alami dan diperoleh melalui iman. Yang terakhir terpuji karena menahan seseorang dari hal-hal terlarang dan mendorong perilaku bajik. Nabi (semoga damai bersamanya) bersabda: "Setiap agama memiliki karakteristik khas, dan karakteristik khas Islam adalah rasa malu."
Wawasan Ilmiah
Ibn Rajab al-Hanbali menjelaskan bahwa cabang-cabang iman mencakup keyakinan hati, ucapan lisan, dan tindakan anggota badan. Penyertaan rasa malu menunjukkan bahwa kualitas batin dan disposisi moral adalah integral untuk iman yang lengkap.
Al-Qadi 'Iyad menekankan bahwa hadis ini menetapkan sifat komprehensif ajaran Islam, di mana iman mengatur baik keadaan batin maupun tindakan lahiriah. Cabang-cabang bervariasi dalam keutamaan, namun masing-masing berkontribusi pada kesempurnaan iman seseorang.